Standar Operasional Prosedur ini menetapkan dasar pertimbangan dan tata cara pengusulan penanganan jalan dan jembatan nonnasional di Direktorat Jenderal Bina Marga yang merupakan penugasan oleh Presiden maupun Menteri Pekerjaan Umum.  

Kontras dengan situasi di sepanjang Koridor Pantura, banyak daerah di sekitar Koridor Pantai Selatan (Pansela) Jawa relatif belum berkembang dan terisolasi karena rendahnya infrastruktur yang mendukung/yang tersedia. Terpusatnya kegiatan perekonomian di Pantura, membuat koridor tersebut menjadi terlalu jenuh dan padat. Oleh karena itu, Pemerintah bertujuan untuk mendistribusikan kegiatan perekonomian dari Koridor Pantura ke Koridor Pansela dengan mengembangkan infrastruktur dan aksesibilitas yang lebih memadai.  

Pedoman ini menetapkan ketentuan dan prosedur verifikasi dan validasi terhadap data lereng jalan dari hasil inventarisasi lereng jalan dan inspeksi lereng jalan yang dilakukan oleh surveyor dan/atau lereng jalan yang telah direkam dalam basis data lereng jalan untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat.

Standar Operasional Prosedur ini menjelaskan tentang mekanisme pengusulan daftar ruas dan peta jalan lintas per pulau yang meliputi penetapan kriteria penyusunan data ruas dan peta jalan lintas per pulau, muatan daftar ruas dan peta jalan lintas per pulau, pelaksanaan evaluasi, pemangku kepentingan (stakeholders) dalam penyusunan daftar ruas dan peta jalan lintas, serta tata cara penyusunan daftar ruas dan peta jalan lintas di Direktorat Jenderal Bina Marga.

Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapisan padat yang awet berupa lapis perata, lapis fondasi, lapis antara atau lapis aus campuran beraspal panas asbuton pracampur kadar asbuton tinggi dengan tangki pengaduk khusus di unit pencampur aspal yang terdiri dari agregat, asbuton pracampur dengan kandungan asbuton tinggi (kandungan asbuton 30% sampai dengan 45% dalam tangki pengaduk khusus), yang dicampur secara panas di pusat instalasi pencampuran (Asphalt Mixing Plant, AMP), serta menghampar dan memadatkan campuran tersebut di atas lapis fondasi atau permukaan jalan lama yang telah disiapkan sesuai dengan Spesifikasi Khusus ini dan memenuhi garis, ketinggian, dan potongan memanjang yang ditunjukkan dalam Gambar.  

Pedoman ini mengatur penggunaan teknologi Artificial Intelligence (AI) berbasis Computer Vision dalam pemantauan kondisi permukaan jalan di seluruh jaringan jalan di Indonesia. Pemantauan ini mencakup deteksi dan klasifikasi kerusakan pada perkerasan lentur dan kaku, kondisi bahu jalan, marka jalan, dan adanya genangan air.  

Pekerjaan ini mencakup pengadaan pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan berbutir untuk pembuatan timbunan, untuk penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk timbunan umum yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.  

Suplemen Spesifikasi Khusus Interim berisi Divisi 5 Perkerasan Berbutir dan Perkerasan Beton Semen yang terdiri dari SKh.2.5.17 Improvement atau  Capping Layer, dan SKh.2.5.18 P-154 Subbase Course

Spesifikasi ini mencakup persyaratan teknis mengenai dimensi marka membujur yang meliputi lebar dan tebal marka jalan yang digunakan pada ruas jalan baru, ruas jalan yang markanya sudah pudar dan akan dilakukan pengecatan kembali, dan ruas jalan yang akan dilaksanakan pelapisan ulang (overlay) atau rekonstruksi jalan.

Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan bahan serpih (shale) yang distabilisasi dengan kapur padam, kapur tohor atau kapur kembang, abu terbang (fly ash) atau semen, di atas permukaan badan jalan yang telah disiapkan untuk timbunan pilihan, termasuk penghamparan, pencampuran, pembentukan, pemadatan dan perawatan, semuanya sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi Khusus ini dan sesuai dengan garis, ketinggian, dimensi, dan penampang melintang seperti ditunjukkan dalam Gambar.