Berita

Beranda Berita Jadi Ikon Baru Kota Surakarta, Ini  Sejumlah Hal Unik Flyover Purwosari
Beranda Berita Jadi Ikon Baru Kota Surakarta, Ini  Sejumlah Hal Unik Flyover Purwosari

Jadi Ikon Baru Kota Surakarta, Ini  Sejumlah Hal Unik Flyover Purwosari

  •  15 Feb 2021
  • Berita/Umum
  • 4380 viewed
Foto: Jadi Ikon Baru Kota Surakarta, Ini  Sejumlah Hal Unik Flyover Purwosari

Flyover Purwosari di Kota Surakarta, Jawa Tengah telah diresmikan pemanfaatannya oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimulyono pada Sabtu (13/2) pagi. Flyover dengan panjang total 700 meter tersebut diharapkan dapat mengatasi kepadatan lalu lintas di kota tersebut khususnya di kawasan sekitar Stasiun Purwosari.  Tidak hanya untuk mengurai kemacetan, Flyover Purwosari juga dilengkapi beberapa aspek menarik yang menjadikannya sebagai ikon baru Kota Surakarta. 

 

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK 1.6) Jawa Tengah Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Tengah - Daerah Istimewa Yogyakarta Tisara Sita menjelaskan beberapa hal menarik yang terdapat di Flyover Purwosari mulai dari motif batik, ilustrasi penari gambyong, skatepark, lampu LED Flex dot dan tanaman yang menjadi highlite Flyover tersebut. 

 

Tisa mengatakan pemilihan motif batik  di Flyover Purwosari ini sudah mengadopsi kearifan Lokal serta berkonsultasi dengan komunitas batik yang ada di Surakarta. “Motif batik tersebut sebagai ornamen di tempel di dinding luar (retaning wall) flyover Purwosari sebagai sarana edukasi bagi masyarakat Surakarta dan sekitarnya, " terangnya. 

Selain ada 15 motif  batik yang dipasang di dinding flyover, juga terdapat ikon atau ilustrasi penari gambyong yang dipasang di sisi barat dan sisi timur Flyover Purwosari ini. Pemilihan tari gambyong dikarenakan tari gambyong itu merupakan tarian selamat datang. Hal ini berhubungan dengan letak lokasi flyover ini di batas masuk kota Surakarta. Yang artinya selamat datang di kota Surakarta. 


Lalu juga ada skatepark yang berada di sisi barat rel kereta api. Skate park ini juga merupakan sarana untuk anak muda di Kota Solo menyalurkan hobinya. Tisa mengungkapkan, saat ini skate park sedang pengerjaan finalisasi, direncanakan pada Maret sudah bisa digunakan. Lalu ada  lampu LED Flex dot di sisi kanan dan sisi kiri flyover. Fungsinya bisa untuk sarana informasi dan juga sebagai ornament lampu-lampu kota di malam hari.


Dan yang terakhir ada juga dua jenis tanaman yang menjadi highlight di flyover ini yaitu tanaman lee Kwan Yew dan tanaman tabebuya. Tanaman ini selain berfungsi mempercantik flyover Purwosari juga meningkatkan penghijauan di kota Surakarta . 


Harapan Tisa, selain mengurangi resiko kecelakaan dan mengurangi kemacetan di area purwosari Ia juga berharap Flyover ini bisa menjadi ikon baru bagi warga kota Surakarta. Ketika beroperasinya flyover Purwosari ini warga kota Surakarta diharapkan turut menjaga apa yang sudah kita bangun ini. 

 

Atasi Kemacetan Kota Solo
Perlintasan sebidang jalur kereta api dengan jalan raya di Stasiun Purwosari bisa menimbulkan kemacetan panjang. Sebelum perlintasan sebidang tersebut ada persimpangan (pertigaan) kerten yang apabila ada kereta api yang melintas 15 menit sekali terjadi tundaan kendaraan sepanjang 300 meter kurang lebih. Hal tersebut menyebabkan penumpukan kendaraan yang akan mengganggu persimpangan kereta tersebut. 


Selain itu juga sering terjadi kecelakaan kendaraan roda dua di perlintasan sebidang kereta api tersebut dikarenakan rel kereta api yang tidak tegak lurus sejajar jalan raya tetapi membetuk sudut 41 derajat. Untuk mengatasi hal tersebut Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR membangun Flyover Purwosari.


Flyover Purwosari memiliki panjang total 700 Meter dengan jalan pendekat sebelah barat sepanjang 242 meter, panjang jembatan 198 meter  lalu jalan pendekat sebelah timur sepanjang 260 meter. Flyover purwosari ini dibangun menggunakan teknologi Corrugated Mortar Busa Pusjatan (CMP). 


Flyover purwosari ini menggunakan teknologi CMP. Jalan pendekat / oprit menggunakan 2 corrugated steel structure (CSS) dengan span 22 meter. Teknologi CMP ini sendiri lebih menguntungkan baik dari segi waktu maupun dari segi biaya dibandingkan menggunakan konstruksi konvensional. Selain itu juga teknologi CMP ini lebih ramah lingkungan karena menggunakan bahan alam yang lebih sedikit dibandingkan teknologi konvensional. (rko)