Dirjen Bina Marga Tinjau Progres Pembangunan Tol Saradan– Kertosono
- 12 Agus 2017
- Berita/Umum
- 1165 viewed
BINA MARGA (Nganjuk) – Sabtu (12/08),Direktur Jenderal Bina Marga, Arie Setiadi Moerwanto beserta jajaran meninjau pembangunan ruas Tol Solo – Kertosono (Solker) sepanjang 178,45 KM yang melewati Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tol Solker terbagi menjadi dua ruas tol, yaitu Tol Solo-Ngawi (90,1 km) dibawah Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) PT. Solo Ngawi Jaya (SNJ) dan Tol Ngawi-Kertosono (88,35km) dibawah BUJT PT. Ngawi Kertosono Jaya (NKJ).
Sebagai informasi lanjut, Tol Solo-Ngawi terbagi lagi menjadi dua ruas, pertama ruas Colomadu-Karanganyar sepanjang 21,07 Km yang dibangun oleh pemerintah. kedua ruas, Karangayar-Ngawi sepanjang 69.2 km yang dibangun oleh PT. SNJ. Kemudian Tol Ngawi-Kertosono juga terdiri dari dua ruas, yaitu Ngawi-Saradan sepanjang 49,51km dan dibangun oleh PT. NKJ serta ruas Saradan-Kertosono sepanjang 38,84 km yang dibangun oleh pemerintah dengan dana dari Loan China dan APBN.
Menurut Arie, dirinya secara rutin meninjau langsung pembangunan infrastrukstur tol guna mengetahui kondisi langsung di lapangan, baik berupa perkembangan dan kendala yang dihadapi. “Tujuan kunjungan kita ingin melihat progress pembangunan (tol) Solo-Kertosono secara keseluruhan karena pak menteri (Menteri PUPR, Basuki Hadimoeljono) minta 2018 ini harus dioperasikan,” ujarnya.
Untuk mencapai target tersebut, Arie meminta dilakukan percepatan khususnya pada ruas yang progresnya masih tertinggal, seperti ruas Saradan-Kertosono yang dibangun oleh pemerintah. “ (Saradan-Kertosono) mulai pekerjaan nya terlambat satu tahun karena masalah pendanaan, kan tidak bagus kalau hanya sepenggal (tidak rampung pada 2018) ,” kata Arie.
Maka dari itu, Arie menginginkan langkah percepatan untuk paket Tol Saradan-Kertosono yang kontrak kerjanya berakhir tahun 2019. “Kita ingin meyakinkan bahwa bisa dilapangan,” tegasnya. Selain permasalahan waktu, pembangunan Tol Saradan-Kertosono juga mengalami masalah perubahan 16 desain jembatan serta bangunan pendukungnya. Pasalnya menurut Balai Besar Wilayah Sungai Berantas, desain awal 16 jembatan tersebut dikhawatirkan akan mengganggu beberapa sungai, yakni Sungai Glatik, Jenangan, Mungkung, Widas, Kaliulo, Kedungsuko, Waung, Besoek, dan Sungai Konto.
“Secara umum sih tidak boleh menggangu (sungai). Sungai itu tidak boleh dipindahkan tetapi ini kan untuk kepentingan umum bukan pribadi dan bisa dipertanggungjawabkan secara morfologinya, kita hitung dampak positif dan negatifnya. Saya akan menghadap Dirjen Sumber Daya Air untuk meminta boleh engga sungainya dialihkan agar lebih sederhana ” jelas Arie yang memiliki latar belakang pendidikan Teknik Sipil bidang pengairan.
Perubahan desain 16 jembatan ini menyebabkan pembengkakan biaya pembangunan tol Saradan-Kertosono untuk membiayai perubahan dimensi dan bentang jembatan, penambahan 720 meter struktur untuk menghindari relokasi sungai, permintaan warga dan perubahan alinyemen vertical, penanganan tanah lunak, perbatasan dengan proyek lain, ketersediaan lahan, serta kebutuhan lapangan. Adapun nilai kontrak awal pekerjaan Tol Saradan-Kertosono ialah Rp. 3,1 Triliun.
Menyikapi itu, Arie masih mempertimbangkan solusi menambahkan dana dan mengoptimasi yang sudah ada guna mengurangi kebutuhan dana tambahan. “Kalau tidak bisa, bagaimana jalan keluarnya supaya tidak menganggu progress secara keseluruhan. Selain itu Pak Menteri juga memberi target, lebaran (arus mudik 2018) harus fungsional. kita optimis,” kata Arie. Salah satu contoh optimasi yang Arie sarankan adalah penurunan underpass sehingga mengurangi kebutuhan timbunan tanah. Hal ini bisa menghemat biaya dan mempercepat pengerjaan.
Pada kesempatan yang sama, Pejabat Pembuat Komitmen Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Solo-Kertosono 2 Saradan-Kertosono, Indra Rismawansyah mengatakan dirinya akan segera menindaklanjuti masukan yang diberikan oleh Dirjen Bina Marga. “kita akan segera review desainnya, kita optimasi lagi apa masih bisa kita akomodir pengurangan elevasi timbunan tanah,” ujar Indra. (ian)