73 Titik Longsor Akibat Gempa Di Sulbar Telah Ditangani
- 02 Feb 2021
- Berita/Umum
- 669 viewed
Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga kerahkan puluhan alat berat untuk bantu proses pembersihan puing bangunan dan membuka akses jalan di 73 titik longsor yang menutupi badan jalan pasca bencana gempa yang mengguncang Provinsi Sulawesi Barat pada 14 dan 15 Januari lalu. Gempa bumi yang mengguncang Kota Mamuju dan Majene menyebabkan runtuhnya bangunan dan juga rusaknya beberapa ruas jalan baik jalan nasional, provinsi, maupun kabupaten.
Thomas Setiabudi Aden selaku Direktur Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah II Ditjen Bina Marga sekaligus Ketua Satgas Pelaksana Penanggulangan Bencana Pasca Gempa Bumi Sulawesi Barat menyatakan bahwa hal pertama yang dilakukan oleh Ditjen Bina Marga pada masa tanggap darurat pasca gempa Sulbar adalah membuka akses jalan yang tertutup longsor.
“Kita mengerahkan seluruh alat berat untuk membersihkan badan jalan dari longsor agar jalur logistik dari Makassar ke Mamuju maupun Palu ke Mamuju tetap terbuka. Selain itu juga untuk membuka akses ke daerah-daerah terisolir yang terputus akibat gempa,” tutur Thomas saat meninjau kegiatan pembersihan badan jalan di Batas Kota Mamuju – Batas Kabupaten Majene.
Thomas menambahkan bahwa saat ini 73 titik longsor telah tertangani dan akses ke beberapa daerah yang sempat terisolir telah terbuka, seperti Kecamatan Ulumanda, juga Desa Tapalang dan Bela. Secara total, lebih dari 30 alat berat dikerahkan untuk membuka akses jalan. Alat berat tersebut terdiri dari grader, dump truck, dan excavator.
Disinggung mengenai alokasi dana untuk tanggap darurat dan rehabilitasi infrastruktur jalan dan jembatan, Thomas mengatakan bahwa untuk saat ini dananya baru berasal dari dana tanggap darurat Kementerian PUPR.
“Untuk saat ini kita baru mengeluarkan dana-dana tanggap darurat, jadi dana tanggap darurat Bina Marga, Cipta Karya, SDA, maupun Perumahan. Namun untuk mengembalikan kondisi infrastruktur secara utuh seperti sebelum gempa memang sangat besar, misalnya mengembalikan longsoran dan jalan diperkirakan butuh lebih dari 200 miliar,” jelas Thomas.
Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Sulawesi Barat, Budiamin yang turut mendampingi Ketua Satgas saat peninjauan lapangan menyatakan bahwa pihaknya sudah memetakan ruas jalan dan jembatan yang terdampak bencana gempa dan sudah melakukan penanganan.
“Untuk ruas jalan nasional yang terdampak langsung ada dua, yaitu dari Kabupaten Mamuju ke Batas Kabupaten Majene dan juga Batas Kabupaten Majene ke Tameroddo, Majene. Peta longsor untuk jalan nasional ada 73 titik longsor, terdiri dari 4 longsor besar baik longsor batu maupun tanah yang menutup seluruh badan jalan,” terangnya.
Budiamin menjelaskan bahwa selain terjadi longsor yang menutupi badan jalan, juga terdapat 25 jembatan yang mengalami kerusakan akibat gempa.
“Terdapat 25 jembatan yang terdampak. Ada pergesekan rangka, rata-rata kerusakannya pada expansion joint maupun terjadi penurunan di oprit. Nah itu kita lakukan penanganan sementara,” ujarnya.
Kepala Balai menambahkan bahwa penanganan sementara yang dilakukan oleh timnya antara lain menutup dengan aspal untuk badan jalan yang retak, sedangkan untuk oprit jembatan ditimbun dengan agregrat kelas A dan diberi lapisan aspal di atasnya. Sementara untuk penanganan longsor tergantung kondisi di lapangan, ada yang membutuhkan pelandaian maupun jaring pengaman untuk batuan.
“Saat ini penanganan prioritas yang dilakukan oleh Ditjen Bina Marga adalah pertama membersihkan longsoran, kemudian ke depannya perbaikan jembatan-jembatan yang terdampak gempa, kemudian perbaikan badan jalan, sambil melakukan persiapan untuk penanganan permanen ke depannya,” terang Budiamin.
Sebagai informasi, saat ini tim dari Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan serta Direktorat Preservasi Jalan dan Jembatan Ditjen Bina Marga tengah meninjau lapangan untuk melakukan penelitian kondisi jalan dan akan memberi rekomendasi untuk penanganan permanennya. (KompuBM/Gir)