2018, Penanganan Jalan Nasional Dilakukan Secara Komprehensif
- 02 Mar 2017
- Berita/Umum
- 882 viewed
Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga akan melakukan penanganan jalan-jalan nasional secara komprehensif mulai tahun depan. Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Marga Arie Setiadi Moerwanto menjelaskan yang dimaksudkan dengan penanganan jalan secara komprehensif adalah penanganan jalan yang menyeluruh tidak hanya memperhatikan perkerasan jalan tetapi juga bagian jalan lainnya seperti drainase jalan.
Dalam kunjungannya meninjau penanganan kerusakan jalan khususnya ruas Jambi-Batas Palembang, Sumatera Selatan pada Rabu (1/3), Arie menuturkan kenyataannya saat ini banyak jalan nasional baik di Pantura Jawa maupun Lintas Timur Sumatera yang tidak memiliki drainase jalan. Kondisi tersebut berakibat tidak bisa mengalirnya air yang berdampak kerusakan jalan khususnya pada saat musim penghujan.
“ Kita akan meng-invest cukup besar supaya jalan Lintas Timur betul-betul bisa berfungsi sebagai urat nadi dan jalur strategis provinsi. Artinya semua perbaikan lengkap dengan jembatan-jembatan dan sistem drainase,” sebutnya.
Untuk itu, Dirjen Bina Marga telah memerintahkan kepala para Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional (Satker P2JN) untuk mengidentifikasi kondisi terkini dari jalan-jalan nasional dan menentukan jenis penanganannya yang tepat. Mereka diminta untuk menyusun program penanganan dan pengelolaan jalan nasional yang tepat untuk Tahun Anggaran 2018.
“ Saya minta Balai untuk mengecek umur dari jalan tersebut. Jadi jangan yang seharusnya diperbaiki secara struktural hanya diperbaiki permukaan. Jadi semuanya kita coba desain dengan lebih baik lagi, “ungkap Arie.
Ditjen Bina Marga saat ini bertanggung jawab terhadap penanganan dan pengelolaan 47.017 Km jalan nasional. Jumlah tersebut bertambah sekitar 9.000 Km jalan dibanding dua tahun sebelumnya karena adanya sebagian jalan provinsi dan jalan kabupaten/kota yang alih status menjadi jalan nasional. Di sisi yang lain, Arie menilai besaran alokasi penanganan jalan nasional tidak mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir.
“Kita tidak bisa lagi membangun jalan dan jembatan dengan alasan nice to have, dan tidak ada lagi ruang untuk gagal atau penanganan jalan yang salah,” tegas Arie.
Dalam kunjungan kerja tersebut, Arie juga melihat jalur arah Muara Sabak, karena ruas tersebut merupakan jalur ekonomi dikarenakan keberadaan dua pelabuhan yaitu Kuala Tungkal dan Ujung Jambu. Presiden Joko Widodo meminta agar akses jalan daerah tersebut untuk cepat dikembangkan. Namun tantangannya adalah jenis tanah di lokasi yang merupakan tanah gambut.
“Karena gambut itu seperti gabus, begitu airnya diturunkan dia jalannya juga turun. Ini juga kita perbaiki. Saya akan bekerja sama juga dengan Balai Wilayah Sungai agar mengendalikan mata air-nya, supaya fluktuasi nya tidak terlalu tinggi. Kalau terlalu tinggi akan banjir sedangkan kalau terlalu rendah gambut nya akan kempes dan perkerasan jalannya akan turun lagi,” ungkapnya.
Saat ini Arie mangaku akan menghitung dulu lalu lintas harian di wilayah tersebut, baru kemudian memutuskan jenis pekerjaannya atau memakai beton (rigid pavement) atau aspal (flexible pavement).
“Sudah ada standard-nya kapan harus memakai rigid pavement dan kapan memakai flexible pavement. Kalau kita berbicara rigid pavement, kita juga berbicara trafic management kalau tidak bikin macet,” tutur Dirjen Bina Marga. (riko)