Berita

Beranda Berita JOKOWI RESMIKAN JEMBATAN MERAH PUTIH DI TIMUR INDONESIA
Beranda Berita JOKOWI RESMIKAN JEMBATAN MERAH PUTIH DI TIMUR INDONESIA

JOKOWI RESMIKAN JEMBATAN MERAH PUTIH DI TIMUR INDONESIA

  •  05 Apr 2016
  • Berita/Umum
  • 2454 viewed
Foto: JOKOWI RESMIKAN JEMBATAN MERAH PUTIH DI TIMUR INDONESIA

AMBON (Bina Marga) - Setelah ditunggu-tunggu oleh masyarakat kota Ambon, Maluku akhirnya pada Senin sore (4/4) Jembatan Merah Putih (JMP) diresmikan oleh Presiden Joko Widodo ditengah guyuran hujan gerimis. Ikut mendampingi Presiden ialah Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Gubernur Maluku, Said Assagaff, mewakili Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR adalah Direktur Pembangunan Jalan, Ahmad Ghani Gazali.

Pada sambutannya, Presiden mengingatkan bahwa perlu ada pembenahan di pusat, povinsi, kabupaten/kota agar dapat berkompetensi di dunia internasional. "Ingat Kita sudah masuk kompetisi Masyarakat Ekonom Asean," ujar Presiden.

Jokowi mengatakan akan terus mempercepat pembangunan infrastruktur. Di negara mana pun jika infrastrukurnya jelek tidak akan mengundang investasi. Baik di pusat, daerah. Misalnya ada investasi yang mau masuk ke Maluku tetapi pelabuhannya belum siap, investor bisa mengurungkan niatnya. Meskipun kecepatan perijinan bisa hanya 1 jam tetap harus dibarengi dengan percepatan infrastrukur.

Presiden menekankan bahwa dirinya akan terus berfokus dan memprioritaskan infrastruktur. "Baik pelabuhan, jalan tol, aiport, jembatan, itu sudah prasyarat. Itu sudah tidak bisa ditawar tawar," tegas mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.

Selain itu presiden juga mengharapkan JMP bisa menjadi ikon pariwisata baru di kota ambon. "Keindahan kota Ambon khususnya teluk ambon bisa dinikmati oleh siapapun yang datang kesini," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, peresmian JMP sudah dua kali tertunda. Salah satunya pada penghujung tahun lalu. "Tadinya mau kita sambung pada tahun baru tapi ada gempa. Saya kesini waktu itu dan penyambungannya akan dipaskan dengan tahun baru tapi karena gempa ya ditunda," jelas Basuki.

Menyikapi dampak gempa pada jembatan sepanjang 1140 meter ini, Basuki menjelaskan kalau sebuah jembatan memiliki toleransi dislokasi. Pada kasus JMP kemarin, terjadi pergeseran 9 cm namun angka tersebut masih bisa diterima. "Batas maksimal nya sekitar 30 cm. Sama sperti ketika kita masang pipa, kalau fix jika ada gempa bisa patah. Sudah dilakukan uji beban dengan 48 truk," terangnya.

Sekarang ada komisi keamanan jembatan panjang dan terowongan yang menguji kelayakan jembatan. "saya yang membuat sertifikatkanya berdasarkan pertimbangan dari komisi jembatan," ujarnya. Jika tidak ada gangguan berat atau bencana, JMP direncanakam bisa beroperasi hingga 100 tahun.

JMP dibangun dengan tipe Cable-Stayed Double Pylon (bentuk H). Masing-masing pylon tersebut dibuat setingi 89,5 meter. Secara desain, JMP sebenarnya terdiri dari tiga bagian, yaitu jembatan cable stayed (main bridge) sepanjang 520 meter, kedua jembatan pendekat sisi hative kecil (520 m), dan jembatan pendekat sisi rumah tiga (320 meter). Untuk lalu lintas kendaraan bermotor, jembatan ini memiliki 2 jalur 4 lajur (22,5 meter). Nantinya di sisi kiri setiap Jalur akan diberi jalur khusus sepeda motor selebar 2 meter. JMP juga dirancang agar alur pelayaran tidak terganggu. Setidaknya kapal laut dengan tinggi dibawah 34,109 meter masih bisa melintas dibawah JMP.

Tidak berhenti pada JMP, tantangan akan pentingnya infrastuktur khususnya di wilayah timur telah dijawab oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian PUPR selaku pemerintah. Pada kesempatan yang sama, Direktur Pembangunan Jalan, Ahmad Gani Gazali mengatakan bahwa pembangunan JMP ini memang sudah ditunggu-tunggu masyarakat Ambon terkait dengan pengembangan wilayah Poka dan Galala. Selain itu juga memperpendek waktu tempuh ke bandara yang biasanya memakan waktu 1 jam menjadi hanya 20 menit.

"Pembangunan JMP juga menjadi komitmen pemerintah membangun wilayah timur Indonesia," kata ghani. Dia menambahkan Bina Marga saat ini telah mengagendakan pembangunan beberapa jembatan di timur Indonesia, yaitu jembatan Holtekamp di Papua, Jembatan Teluk Kendari, Jembatan Pulau Balang, Jembatan di NTT, dan Jembatan Tayan di Kalimantan (masuk dalam jembatan kawasan timur Indonesia) sudah diresmikan Presiden beberapa waktu lalu.

Menurut Ghani saat ini jembatan Pulau Balang, jembatan Teluk Kendari, dan jembatan Holtekamp sudah memasuki tahap konstruksi awal. "Mungkin sekitar 3-4 tahun lagi bisa ada yang bisa selesai," ujarnya. (Ian)