Jembatan 4 Palu Didesain Tangguh Bencana
- 20 Juli 2022
- Berita/Umum
- 2582 viewed
PALU – BINA MARGA Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mulai Rabu (20/07/2022) akan kembali membangun Jembatan 4 Palu di Sulawesi Tengah. Pembangunan tersebut ditandai dengan groundbreaking. Program rekonstruksi Jembatan Palu 4 diinisiasi sebagai upaya untuk memulihkan dan meningkatkan kondisi lalu lintas untuk menggantikan jembatan lama yang hancur akibat bencana gempa bumi dan tsunami pada tahun 2018.
Kepala Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Bencana Kementerian PUPR di Sulteng Arie Setiadi Moerwanto mengatakan bahwa Jembatan Palu 4 akan berdiri dekat sesar Palu-Koro sehingga bukan tidak mungkin akan terkena dampak bencana dikemudian hari. Maka dari itu, konstruksi Jembatan Palu 4 akan didesain untuk mampu menahan setidaknya dua potensi kebencanaan, yaitu tsunami dan liquifaksi tanah.
Untuk mengantisipasi dampak dari tsunami, Arie menjelaskan bahwasanya Jembatan Palu 4 akan terkoneksi dengan jalan elevated yang mampu meredam energi gelombang pada saat tsunami. Energi yang terpecah ini mampu mengurangi potensi kerusakan yang ditimbulkan ketika gelombang air laut menyeruak ke daratan. “Jadi bukan menahan tsunami nya tetapi agar energi gelombangnya diperkecil,” jelasnya.
Berkaca dari kejadian tsunami pada 2018 silam, waktu evakuasi saat tsunami atau golden time di pesisir silebeta ini hanya empat menit. Padahal menurut Arie, golden time di lokasi tsunami lain jauh lebih longgar, yaitu 15 menit. Maka Jembatan Palu 4, elevated road, dan kawasan sekitarnya akan berfungsi sebagai tsunami shelter. “Jadi nanti dibalik jalan ini, dalam empat menit masyarakat bisa evakuasi kesini,” jelasnya.
Pondasi dan ketinggian Jembatan Palu IV didesain dengan mempertimbangkan nilai seismik gempa dan tsunami berdasarkan peta risiko gempa dengan bentang total 2.500 meter. Untuk memitigasi potensi liquifaksi yang cukup besar, diameter pondasi-pondasi jembatan ini akan lebih tebal dan ditanam lebih dalam daripada jembatan pada umumnya. Faktor ini membuat Jembatan Palu 4 menyandang status jembatan khusus dan akan menjadi laboratorium lapangan bagi ASN Kementerian PUPR yang sedang menempuh studi magister Super Special Jembatan Khusus.
Desain Jembatan Palu IV telah mendapatkan persetujuan rekomendasi dari Menteri PUPR pada 5 Maret 2020, setelah mendapatkan rekomendasi dari Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) pada 3 Maret 2020. Arie optimis semua Langkah desain ini menjadi sistem mitigasi bencana tsunami yang baik sehingga diharapkan akan terwujud pesisir Silebeta yang tangguh bencana.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan, Herry Trisaputra Zuna mengatakan sumber pendanaan Jembatan Palu 4 berasal dari hibah Pemerintah Jepang. "Penandatanganan hibah sudah dilaksanakan pada 21 Juni 2019 lalu antara Dirjen Bina Marga dan JICA,” kata Herry.
Pemerintah Jepang menggelontorkan hibah sebesar 2,5 miliar Yen atau sekitar Rp325 miliar melalui Japan International Coorporation Agency (JICA). Proses Konstruksi akan dilakukan oleh kontraktor dari Jepang, yaitu Tokyu Construction dengan menggandeng PT Waskita Karya. “Konstruksi semula direncanakan tahun 2020 namun terkendala pandemi dan proses pembebasan lahan yang membutuhkan waktu kebih lama. Rekonstruksi Jembatan Palu IV direncanakan selesai pada Juni 2024," kata Herry
“Hibah Rekonstruksi Jembatan Palu 4 terdiri dari dua kegiatan utama yaitu pekerjaan jasa konsultan desain dan supervisi serta pekerjaan fisik dengan mengusung konsep Build Back Better,” ujar Yasui Takehiro, Chief Representative, JICA Indonesia Office. Adapun lingkup pekerjaan meliputi pembangunan jembatan sepanjang 250 meter, dan jalan pendekat sepanjang 380 meter dari sisi Barat serta 410 meter dari sisi Timur.
Turut menghadiri groundbreaking jembatan palu 4, yaitu Gubernur Sulawesi Tengah, Rudy Mastura, Wali Kota Palu Hadianto Rasyid, Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Keterpaduan Pembangunan Achmad Gani Ghazaly Akman, Direktur Pembangunan Jembatan Ditjen Bina Marga Yudha Handita Pandjiriawan, Direktur Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah II Thomas Setiabudi Aden. (ian)