Komisi V DPR RI Tinjau Penanganan Ruas Jalan Maros-Barru-Parepare
- 03 Apr 2019
- Berita/Umum
- 557 viewed
Tim Komisi V DPR RI melakukan Kunjungan Kerja (Kunker) Reses ke Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan pada Senin (1/4) untuk meninjau jalur kereta api dan juga kondisi jalan nasional di wilayah tersebut. Sebagai informasi, jalur kereta api ini merupakan lintasan kereta api pertama di Sulawesi yang rencananya akan menghubungkan wilayah Makassar hingga Parepare.
Pembangunan rel kereta api memberi dampak bagi jalan nasional antara lain persimpangan sebidang dan juga lintasan air. Oleh karenanya, Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR melalui Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) XIII akan terus berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan untuk mencari solusi terbaik.
Mengenai lintasan air ke jalan raya akibat dari timbunan rel kereta, Miftachul Munir selaku Kepala BBPJN XIII menjelaskan kepada para anggota dewan dan juga Bupati Barru bahwa hal tersebut karena ada perubahan kapasitas lintasan air.
"Selama ini lintasan air telah dihitung kapasitas yang lewat disesuaikan dengan gorong-gorong dan bangunan silang serta jembatan, namun dengan adanya lintasan kereta api berupa timbunan, ada keseimbangan aliran air yang tidak balance," ujarnya.
Sementara mengenai lintasan sebidang antara jalan raya dengan rel kereta, perlu dibahas dan disepakati apakah jalan raya atau rel kereta yang akan berbentuk overpass.
"Mengenai desain lintasan sebidang, sampai saat ini belum diketahui yang overpass apakah jalan raya atau jalur kereta api. Apabila overpass-nya jalan raya maka gradien nya 4% otomatis membuat opritnya cukup panjang. Sebaliknya, apabila kereta api yang overpass, kami berharap di tengah tidak ada pilar karena rawan kecelakaan," lanjut Munir.
Anggota Komisi V DPR RI juga meninjau penanganan jalan nasional di ruas Maros-Barru-Parepare. Ruas ini merupakan penghubung utama jalur Sulawesi Selatan dengan Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah.
"Secara umum, Lintas Barat Sulawesi Selatan ini kalau di Jawa diibaratkan sebagai Pantura, karena ruas ini merupakan jalur logistik yang kondisinya relatif sudah baik karena dari segi kapasitas sudah cukup, yakni 2 x 2 lajur. Namun ada beberapa titik betonnya pecah karena kondisi tanah yang labil dan saat ini sedang kami perbaiki," terangnya.