Mengenal Inovasi Lapisan Semen Komposit Tanah Pada Perkerasan Jalan
- 16 Mei 2024
- Berita/Umum
- 622 viewed
Sebagai bagian dari inovasi dalam pembangunan infrastruktur jalan raya dan meningkatkan konektivitas antar jaringan jalan daerah dengan jalan nasional, Direktorat Jenderal Bina Marga telah menggali potensi penggunaan Lapisan Semen Komposit Tanah (LPSKT) sebagai alternatif untuk menggantikan Lapis Pondasi Agregat pada perkerasan jalan raya.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Sulawesi Selatan) (BBPJN Sulsel) Asep Syarip Hidayat pada dalam acara Simantu Talkshow bertajuk ‘Mengenal Teknologi Asbuton dan Lapis Pondasi Semen Komposit Tanah’ beberapa waktu lalu.
“LPSKT adalah campuran tanah, semen, air, dan bahan tambah jika diperlukan yang dipadatkan sehingga membentuk material baru soil-cement yang memiliki ikatan kuat dan kedap air (impermeable),” ungkap Asep.
Pada acara tersebut Asep mengatakan, terdapat beberapa wilayah terutama di daerah pedalaman yang sulit dijangkau untuk mendapatkan material agregat, sehingga salah satu solusinya adalah dengan menggunakan teknologi asbuton Lapisan Semen Komposit Tanah. Untuk saat ini teknologi LPSKT sedang diperkenalkan dengan penambahan berupa bahan additive yakni bisa berupa jenis liquid atau powder yang keduanya sama - sama berfungsi untuk menggantikan semen.
“Karena sulitnya membawa material agregat kelas A dan kelas B, kita memilih menggunakan LPSKT sebagai pondasi untuk membangun jalan ini. Setelah melakukan pengujian tanah dengan dicampur material semen yang kemudian dilakukan pembentukan elevasi dan pemadatan awal, lalu terakhir akan di aspal dan ditutup terpal untuk dilakukan curing setelahnya,” terangnya.
Asep juga menambahkan penggunaan teknologi LPSKT ini memiliki kelebihan, yakni biaya penggunaannya yang lebih murah dan waktu pembangunannya yang relatif lebih cepat dibandingkan Lapis Pondasi Agregat. Selain itu penggunaan LPSKT ini kekuatannya cukup tinggi dan cocok untuk konstruksi yang membutuhkan material yang kuat dan tahan lama.
“Teknologi LPSKT ini sudah diterapkan di sebagian wilayah di Indonesia seperti Jawa, Bali, Kalimantan, Sumatera, dan Papua. Di Sulawesi Selatan sendiri teknologi ini baru pertama kali diterapkan, yakni pada Paket Pembangunan Jalan Sabbang - Tallang - Sae (Akses Seko) yang dimulai pada tahun 2023,” tambah Kepala BBPJN Sulsel.
Menjawab pertanyaan dari host terkait keadaan Akses Seko sebelum dilakukan pembangunan, Asep menjelaskan bahwa sebelumnya akses jalan ini rusak parah, lalu dilakukanlah pembangunan oleh Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR melalui Inpres Jalan Daerah (IJD) yang saat ini sudah selesai setengahnya yakni sepanjang 16,7 Km.
“Pembangunan Akses Seko melalui IJD dengan panjang 32,12 Km, pada tahun 2023 sudah dikerjakan sepanjang 16,7 Km, dan pada tahun 2024 ini akan dikerjakan sisanya sepanjang 15,42 Km,” sambung Asep .
Dampak dari pembangunan Akses Seko oleh Ditjen Bina Marga di Sulawesi Selatan terhadap masyarakat dapat dirasakan dalam beberapa aspek yang positif. “Yang pertama, pembangunan jalan akses ini dapat meningkatkan konektivitas dan aksesibilitas bagi masyarakat setempat. Selain itu, masyarakat setempat akan mendapatkan manfaat langsung berupa kemudahan baik itu akses transportasi maupun akses ke pusat-pusat ekonomi, pendidikan, dan pelayanan kesehatan,” sambung Asep.
Dengan demikian, melalui infrastruktur yang lebih baik maka aksesibilitas akan meningkat, membuka peluang baru bagi pertumbuhan ekonomi dan memperkuat konektivitas antar-wilayah. “Serta pembangunan jalan akses ini diharapkan tidak hanya memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang signifikan, tetapi juga berkontribusi positif dalam keberlanjutan bagi masa depan Sulawesi Selatan,” harap Asep. (fqn/rnd)