LEBIH CEPAT, JEMBATAN DARURAT AKAN DIBANGUN DIATAS JEMBATAN JENELATA YANG PUTUS
- 28 Jan 2019
- Berita/Umum
- 1202 viewed
GOWA (BINA MARGA) - Selain korban jiwa dan materil milik masyarakat, dampak cuaca ekstrim di provinsi Sulawesi Selatan juga memutus Jembatan Jenelata yang menghubungkan Desa Tanah Karaeng dan Moncong Loe, Kecamatan Manuju, Kabupaten Gowa, provinsi Sulawesi Selatan.
Minggu pagi (27/01), Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum, Sugiyartanto bersama Direktur Preservasi Atyanto Busono, serta Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional XIII, Miftachul Munir menerima Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono di lokasi Jembatan Jenelata di desa Moncong Loe.
Dirjen Bina Marga, Sugiyartanto mengatakan meski jembatan ini tidak terletak di jaringan jalan nasional pihaknya akan membantu perbaikannya. "Bina Marga selaku Pembina Jalan di Indonesia secara umum punya tanggung jawab secara moral (kepada jalan daerah)," ujarnya.
Berdasarkan tinjauan ke lokasi jembatan sabtu sore(26/01), terkuak bahwa masyarakat sangat membutuhkan jembatan tersebut. Terlihat dari warga yang nekat membangun tangga bambu setinggi 10 meter dari dasar ke bentang jembatan yang sudah miring untuk menyebrang.
Lalu pada minggu siang di aula kantor Gubernur Sulsel, dihadapan Wapres, Menteri PUPR, Gubernur Sulsel, serta kepala daerah terkait, Sugiyartanto mengusulkan akan membangun Jembatan Bailey diatas jembatan eksisting.
Singkatnya, panel Jembatan Bailey sepanjang 2x24 meter akan dibangun dari pier (tiang jembatan) tengah sampai ke jalan aspal di sisi desa Moncong Loe (abutmen A1) menggantikan bentang yang ambruk. Sementara bentang eksisting dari pier tengah ke sisi desa Tanah Karaeng (abutmen A2) masih bisa digunakan.
Menurut Kepala BBPJN XIII, Miftachul Munir solusi ini dipilih karena lebih cepat dibanding membangun jembatan darurat disamping jembatan eksisting.
"Jika dibangun diatasnya jembatan eksisting hanya perlu 3 Minggu, kalau detour bisa 2 bulan. Melihat needs-nya tidak terbendung. Masyarakat tidak bisa ditahan untuk tidak lewat situ (tangga bambu). berbahaya," ujar Munir.
Munir mengatakan ia sudah menerima surat permintaan peminjaman Jembatan Bailey dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pomperang Jenebarang Kementerian PUPR sebagai pelaksana pembangunan Jembatan Bailey ini.
"Kita bersedia meminjamkan, tapi untuk pemeliharaan, pelaksanaan, serta pengamanan asetnya, BBWS yang melaksanakan. Kami bersedia support advis teknis atau pendampingan," katanya.
Jlika suatu saat akan direhabilitasi dengan jembatan permanen, Munir menyarankan item pekerjaannya termasuk pembuatan jembatan detour terlebih dahulu agar trase jalan tidak berubah.
Lantas bagaimana keamanan dan kekuatan jembatan Bailey ini nantinya? Menurut Munir, standar bentang maksimum jembatan Bailey adalah 30 meter sementara yang akan dibangun hanya 24 meter dan bisa dilewati kendaraan dengan beban mati 18 ton.
"Ya mobil sekelas minibus dan truk kecil bisalah. Untuk motor dan pejalan kaki tidak ada masalah," jelasnya. (Ian)