JALAN PERBATASAN KALBAR DITARGETKAN FUNGSIONAL TAHUN 2018
- 20 Nov 2016
- Berita/Umum
- 665 viewed
ENTIKONG (BINA MARGA) – Direktur Jenderal Bina Marga, Arie Setiadi Moerwanto mengunjungi pekerjaan pembangunan jalan paralel perbatasan Kalimantan di Kalimantan Barat (19/11). Pada kunjungan selama satu hari tersebut, Arie didampingi oleh Direktur Pembangunan Jalan, Achmad Ghani Gazali, Direktur Pengembangan Jaringan Jalan, Rahman Arief, dan Kepala Balai Besar Jalan Nasional XI (BBPJN), Sugiyartanto beserta jajaran.
Proyek besar yang digagas sejak tahun 2014 ini melingkupi pekerjaan jalan paralel perbatasan Kalbar sepanjang 856 KM yang terbagi dalam 12 koridor ruas. Koridor-koridor tersebut yaitu Temajuk - Aruk (90km), Aruk – Seluas (78km), Seluas-Entikong ( 84km), Entikong-Rasau (99km), Rasau-Sepulau-Sintang (99km), Sintang-Nanga Badau (43km), Nanga Badau-Lanjak (46km), Lanjak – mataso (26km), Mataso- Tanjung Kerja (56km), Tanjung Kerja-Putussibau (37.84km), Putussibau-Nanga Era (37km), Nanga Era-Bts. Kaltim (158Km).
Pembangunan jalan paralel ini diawali dengan pembukaan hutan (land clearing). Menurut Dirjen Bina Marga, pada tahun 2016 dari 856 KM rencana pembangunan jalan paralel perbatasan baru, 188.61 KM diantaranya masih berupa hutan atau belum land clearing. Ruas yang belum tembus tersebut adalah, Nanga Era-Bts. Kaltim sepanjang 152KM, Seluas-Entikong sepanjang 20.85km, Rasau-Sepulau-Sintang sepanjang 8.55 km, dan Temajuk-Aruk sepanjang 6.85 km.
“Pada akhir tahun 2017 kita akan kurangi (jalan yang belum tembus) menjadi 107.31 Km (sisa 20%) dan sisanya pada 2018 sudah tembus semuanya,” ujar Arie. Namun Arie menjelaskan meski pekerjaan jalannya sudah tembus, sebagian besar memang belum mendapat perkerasan aspal melainkan hanya berupa tanah atau agregat (material batu). Perkerasan aspal akan diprioritaskan pada area yang sudah ada pemukiman sementara penggunaan agregat digunakan pada area yang masih butuh peningkatkan lalu lintas harian-nya (LHR).
“Pada 2018 kita berusaha agar fungsional semuanya dalam artian bisa kita lewati sampai ke Kalimantan timur,” jelas Arie. Menurut data kondisi tahun 2016, Bina Marga menargetkan kondisi jalan paralel perbatasan akan berupa aspal 289.3 KM, Agregat 93.66 KM, dan 278,2 Km. Sementara tahun 2017, jalan dengan perkerasan aspal menjadi 306.9 KM, agregat 101.92 KM, dan Jalan Tanah 330.18 KM. Penambahan ruas jalan tanah pada 2017 dikarenakan dibukanya hutan menjadi bakal jalan baru.
Dalam pembangunan jalan perbatasan ini Dirjen Bina Marga Dirjen Bina Marga mengatakan pihaknya terus berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup untuk mengurus izin kehutanan. Ia mengakui bahwa tantangan terbesar pembanguan jalan paralel ini adalah memenuhi aspek keramahan lingkungan.
“Kita masih optimis dengan pekerjaan kita. Yang berkaitan dengan taman nasional dan hutan lainnya kita sudah membuat MoU dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,” jelas Arie.
Tahun Anggaran 2016 pemerintah mengalokasikan dana untuk pembangunan Jalan Pararel Perbatasan Kalbar sebesar Rp. 300 miliar dan sudah terserap 70% (tembus sepanjang 667.39 Km). Sementara untuk jalan akses perbatasan sebesar Rp. 350 Miliar. “Jadi akses (perbatasan) sangat penting sehingga kita jangan sampai kalah dengan negara tetangga. Harus kita akui jaringan jalan Malaysia sudah lebih bagus,” ujar Arie.
Target penyelesaian pembukaan lahan hutan ini masih terus disesuaikan dengan perizinan kehutanan. Selain itu Bina Marga dan KLH juga sembari membuat pedoman dan petunjuk teknis pembangunan jalan yang melintas taman nasional.
Selain status hutan, ada beberapa kendala lain dalam membangun jalan perbatasan ini, yaitu keterbatasan data sehubungan dengan lokasi pembangunan yang terpencil sehingga diperlukan survey dan pengukuran yang detail. Selanjutnya ketersediaan material yang bisa digunakan sebagai sub-grade pembangunan jalan. “tidak semua daerah memiliki material yang bagus selain itu sulitnya mengangkut material aspal,” ujar Arie.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Pembangunan Jalan, Achmad Ghani Gazali mengatakan agar pihak BBPJN XI memperhatikan kondisi jalan yang sudah dibuka. “Kemudian kalau memang akan kita tinggalkan (kondisi jalan) unpaved atau agregat mungkin dalam waktu satu atau dua bulan rumput dan vegetasi sudah tumbuh. Ini harus dipikirkan bersama bagaimana apa yang kita bangun tidak rusak lagi,” jelas Ghani. (ian)