Berita

Beranda Berita Jajaran Bina Marga Kunjungi Proyek Jembatan Aek Tano Ponggol
Beranda Berita Jajaran Bina Marga Kunjungi Proyek Jembatan Aek Tano Ponggol

Jajaran Bina Marga Kunjungi Proyek Jembatan Aek Tano Ponggol

  •  27 Jan 2023
  • Berita/Umum
  • 1373 viewed
Foto: Jajaran Bina Marga Kunjungi Proyek Jembatan Aek Tano Ponggol

SAMOSIR – BINA MARGA Ratusan pegawai Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR yang terdiri dari Pimpinan Tinggi Pratama, Pejabat Pengawas Kepala Satuan Kerja (Kasatker), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) serta koordinator seluruh Indonesia melakukan kunjungan lapangan ke proyek penggantian Jembatan Aek Tano Ponggol, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir pada Jumat (27/01/2023). Kegiatan ini merupakan rangkaian dari Seminar Nasional Peningkatan Kualitas Konstruksi Jalan dan Jembatan yang diprakarsai oleh Himpunan Pengembang Jalan Indonesia (HPJI).

Jembatan Aek Tano Ponggol memiliki panjang 382 meter dan merupakan penghubung jalur darat Pulau Sumatera (mainland) ke Pulau Samosir. Akses lain bagi wisatawan atau masyarakat ke Pulau Samosir adalah menggunakan kapal fery atau penumpang dari sejumlah dermaga di pesisir Danau Toba. Direktur Bina Teknik Jalan dan Jembatan, Nyoman Suaryana mengatakan pada mulanya desain jembatan ini adalah cable stayed namun kajian Value Engineering merumuskan bahwa kebutuhan biaya akan lebih hemat jika dibangun jembatan girder biasa. “Biaya yang dihemat sampai 40 persen,” pungkas Nyoman. 

Kepala Bidang Pembangunan Jalan dan Jembatan, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Sumatera Utara, Patar Manurung menjelaskan, Jembatan Aek Tano Ponggol dibangun menyeberangi kanal baru selebar 80 Meter. Kanal itu akan dilewati kapal pesiar untuk mengelilingi Danau Toba. Hal ini mengingat Danau Toba sudah ditetapkan menjadi Kawasan Strategis Pariwisata Nasional sehingga desain jembatan eksisting sepanjang 20 Meter sudah tidak relevan.  

PPK 2.9 selaku penanggung jawab konstruksi Jembatan Tano Ponggol, Tambos Nainggolan menyebutkan struktur Jembatan Aek Tano Ponggol terdiri dari box girder, jembatan pendekat, dan voided slab. Dengan kata lain hanya merupakan konstruksi jembatan biasa namun konsep beautifikasi Pylon “dalihan na tolu” membuat penampakan jembatan menyerupai jembatan khusus cable stayed. Dalihan na tolu sendiri mengandung arti hubungan kekerabatan darah dan perkawinan yang menyatukan kelompok.

Tambos menambahkan bahwa jembatan senilai Rp. 173 miliar ini dibangun diatas tanah zona kegempaan kategori empat atau tinggi. Maka dari itu jembatan ini menggunakan damper berupa Lead Rubber Bearing (LRB). Adapun LRB yang digunakan merupakan prototip berdiameter 120 cm. “Ini masih dimensi LRB yang terbesar di Indonesia,” ujarnya.

Menurut Tambos saat terjadi gerakan lateral akibat gempa, jembatan bisa bergerak 25 - 35 cm. hal ini diakomodir oleh diameter LRB yang besar serta membuat kebutuhan ukuran sambungan atau expansion joint jembatan yang juga besar. Adapun ukuran expansion joint yang dipakai adalah 1040 x 1000 mm dan 1275 x 1250 mm. 

Selain itu, guna memitigasi gempa, Jembatan Aek Tano Ponggol menggunakan tiga jenis pondasi yang berbeda. Adapun di sisi Pulau Sumatera terdapat tanah berbatu hingga kedalaman lima meter sementara di Pulau Samosir tanah lunak hingga kedalaman 35 meter. “Tanah berbatu kita pakai bore pile, di jembatan pendekat menggunakan tiang pancang baja, dan oprit sisi sumatera menggunakan tiang pancang beton,” ujar Tambos. 

Tambos menjamin jembatan yang telah dibangun sejak tahun 2020 ini akan kuat menghadapi bencana gempa setelah diperkuat dengan LRB prototip, expansion joint, dan diversifikasi pondasi.  

Dari pengamatan di lapangan, paket pekerjaan Jembatan Aek Tano Ponggol ini belum sepenuhnya. Menurut Tambos salah satu penyebabnya adalah karena progress pembebasan lahan pada persil hunian di Desa Parsaoran I,di kelurahan Siogung-ogung, serta pemindahan 12 makam keluarga. “Uang pindah makam sudah kita bayarkan sekarang sedang proses relokasinya,” tutup Tambos. (ian)