Berita

Beranda Berita 2 TAHUN DIRESMIKAN PABRIK SAGU "JOKOWI" DI PAPUA BARAT MASIH PERLU DUKUNGAN JALAN & JEMBATAN
Beranda Berita 2 TAHUN DIRESMIKAN PABRIK SAGU "JOKOWI" DI PAPUA BARAT MASIH PERLU DUKUNGAN JALAN & JEMBATAN

2 TAHUN DIRESMIKAN PABRIK SAGU "JOKOWI" DI PAPUA BARAT MASIH PERLU DUKUNGAN JALAN & JEMBATAN

  •  30 Jan 2018
  • Berita/Umum
  • 2437 viewed
Foto: 2 TAHUN DIRESMIKAN PABRIK SAGU "JOKOWI" DI PAPUA BARAT MASIH PERLU DUKUNGAN JALAN & JEMBATAN

BINA MARGA (SORONG SELATAN) - 1 Januari 2016 silam Presiden Republik Indonesia, Joko Widoso meresmikan pabrik sagu terbesar di Indonesia milik Perhutani, di Distrik Kais, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat. Pada Kamis (26/01) tim dari Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) XVI mengunjungi pabrik tersebut guna mengecek infrastruktur jalan pendukungnya.

Perjalan dimulai dari kota Sorong, menempuh 150 Km perjalanan darat dari kota Sorong ke Kabupaten Sorong Selatan. Sampai di pertigaan Kambuaya-Moswaren-Teminabuan tim berbelok kearah selatan. Dari titik ini, tim menempuh perjalanan sepanjang 64 km sampai ke Distrik Kais, lokasi pabrik sagu. Pada 3 kilometer pertama kita masih disuguhi jalan aspal selebar 5.5 meter nan mulus selebihnya berupa jalan tanah (japat).

Kepala Satuan Kerja Pelaksana Jalan Nasional I, BPJN XVI, Andarias Tangke, mengatakan bahwa pengaspalan tersebut dilakukan tahun 2017 dan mengabiskan dana sebesar Rp. 16 Milyar.  Sementara tahun ini, pihaknya akan mengaspal sekitar 3,5 Km jalan dengan biaya Rp. 40 Milyar.

Setelah sekitar 4 jam melewati jalan tanah dan hutan sagu, tim berhenti untuk mengecek Jembatan Kais yang setengah jadi. Jembatan sepanjang 160 meter ini akan menyeberangi Sungai Kais yang cukup lebar dan menjadi akses kunci keluar-masuk Pabrik Sagu. Tahun ini pemerintah mengalokasikan Rp. 13 Milyar untuk pemasangan rangka jembatan 1 bentang sepanjang 50 meter.

Kepala BPJN XVI, Yohanis Tulak Todingrara mengakui tahun ini pihaknya belum mampu menuntaskan Jembatan Kais. “Struktur bawah jembatan sudah jadi. Kita masih butuh dana yang cukup banyak, kurang lebih Rp. 60-70 milyar karena oprit (jembatan ) cukup panjang, 600 meter,” jelasnya.

Setelah itu, tim bergerak menuju kampung Distrik Kais untuk menaiki perahu motor selama 20 menit menuju dermaga Pabrik Sagu. Faktanya, dari pabrik sagu sudah terbuka jalan tanah sepanjang 10 km menuju Jembatan Kais namun saat belum terpakai Jembatan Kais belum tersambung.

Tulak menargetkan kondisi jalan dan jembatan menuju pabrik sagu yang fungsional terlebih dahulu. “Kita target fungsional dan bertahap mengaspalnya. Sejalan dengan target jalan Trans Papua Barat, semoga tahun 2019 bisa jadi. Perlu di sadari keadaan jalannya dan jembatan nanti masih semi permanen,” ucapnya.

Ia berharap jika jalannya sudah tersambung, biaya angkut logistik tepung sagu dari pabrik ini bisa lebih murah karena saat ini hanya bisa melalui sungai & laut. Tulak mendapat informasi dari pihak pabrik bahwa biaya transportasi lewat laut dari Kais ke Sorong sama dengan biaya dari Sorong ke Surabaya. “Yang jelas nanti akan lebih murah kalau jalannya sudah bagus sembari produksi nya belum optimal. Sekarang pabrik masih uji coba mesin,” jelasnya.  

Ditemui di tempat yang sama, Suparmo, General Manager Pabrik Sagu, berharap dengan adanya dukungan jalan dan jembatan dari pemerintah semoga bisa meningkatkan akses produksi sagu. “Karena cost dari laut jauh lebih mahal, Rp.1500 per kilogram tepung sagu. Kalau lewat darat diperkirakan bisa menyentuh di bawah Rp. 1000. Dengan adanya jalan ini diharapkan bisa mengurangi cost kita sehingga pabrik bisa jalan dan meningkatkan kesejateraan masyarakat distrik kais tempat pabrik membeli tual sagu,” ucapnya. (ian)