Percobaan Open Traffic Tol Cisumdawu Seksi I Pengaruhnya Terhadap Kondisi Lalu Lintas Dan Persepsi Masyarakat
- 25 Juli 2022
- Artikel/Artikel
- 2220 viewed
Pemerintah Indonesia sedang mempercepat pembangunan jalan tol sebagai salah satu upaya meningkatkan pertumbuhan sektor ekonomi. Keberadaan pembangunan jalan tol menjadi konektivitas yang dapat melayani pergerakan barang, jasa dan penumpang. Ketersediaan jalan tol sebagai ruas jalan dengan kualitas baik dapat memberikan manfaat antara lain dapat mempersingkat waktu perjalanan, menghemat bahan bakar dan secara keseluruhan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi antar wilayah. Amanat Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 pasal 43 ayat 1 dari perubahan kedua Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, bahwa jalan tol diselenggarakan adalah untuk memperlancar lalu lintas di daerah yang telah berkembang; meningkatkan efesiensi dan efektivitas pelayanan distribusi barang dan jasa; meningkatkan pemerataan hasil pembangunan; meningkatkan aksesibilitas dari daerah potensial yang belum berkembang; dan meningkatkan memberdayakan perekonomian masyarakat. Namun, pembangunan jalan tol dimanapun pasti memberikan dampak positif dan negatif bagi beberapa sektor industri seperti sektor pertanian, jasa, perdagangan, dan sektor usaha kecil menengah. Begitupun pembangunan Tol Cisumdawu di wilayah Jawa Barat yang terbentang sepanjang 61 km dari Cileunyi, Sumedang sampai Dawuan adalah salah satu percepatan program pemerintah dengan tujuan untuk memenuhi kriteria konektivitas antar wilayah serta menyejahterakan sektor ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, tulisan ini secara mendalam akan mengupas kondisi lalu lintas berdasarkan tingkat pergerakan volume lalu lintas sekitar wilayah Cileunyi dan Tanjungsari diantara dua ruas jalan yaitu jalan Nasional dan jalan Tol Cisumdawu Seksi I. Selain itu tulisan ini menggambarkan dampak perpindahan pegerakan lalu lintas terhadap beban kemacetan dari kedua arah yang terjadi selama ini disekitar Tanjungsari serta bagaimana pengaruhnya secara singkat terhadap sektor ekonomi terutama pedagang kecil atau Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di sekitar ruas jalan Nasional yang terdampak.
Sekilas Tol Cisumdawu
Pemerintah terus mengupayakan pembangunan infrastruktur demi terwujudnya kesejahteraan ekonomi regional dan nasional, salah satunya ialah infrastruktur jalan. Pada tahun 2012 hingga saat ini sedang dibangun Tol Cisumdawu dengan panjang ruas jalan mencapai 61,47 km yang terbentang dari Cileunyi sampai Dawuan. Jalan Tol Cisumdawu merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Jawa.
Seperti yang kita ketahui tanggal 24 Januari 2022 sebagian Tol Cisumdawu seksi I (Cileunyi- Pamulihan) sepanjang 11,5 km sudah diujicobakan untuk dibuka (open traffic) selama dua pekan.
Percobaan open traffic ini menjadi bentuk sosialisasi kepada masyarakat, tidak hanya itu pemerintah berharap nantinya ada saran tanggapan dari masyarakat sebagai masukan bagi pemerintah, kedepannya Tol Cisumdawu dapat memperlancar konektivitas antar wilayah dan memberikan harapan baru bagi pertumbuhan ekonomi wilayah.
Ruas jalan Tol Cisumdawu Seksi I ini melewati sepuluh desa dan lima kecamatan sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat No.620/ Kep.824-Saret/2005 tentang Penetapan Lokasi Pembangunan Jalan Tol Cisumdawu.
Tol Cisumdawu Seksi 1 (Cileunyi–Pamulihan) sendiri telah dilakukan Uji Laik Fungsi pada 17–18
Januari 2022, untuk memastikan spesifikasi teknis persyaratan dan perlengkapan jalan Tol sesuai dengan standar manajemen dan keselamatan lalu lintas telah terpenuhi dengan baik.
Berdasarkan hasil uji coba tersebut Tol Cisumdawu Seksi I (Cileunyi–Pamulihan) dapat memangkas waktu tempuh yang sebelumnya melalui Jalan Raya Bandung–Cirebon membutuhkan sekitar 60 menit menjadi sekitar 15 menit. Tentu saja jalan tol ini diharapkan bisa mengurai kemacetan yang terjadi setiap hari di wilayah Tanjungsari.
Tol Cisumdawu sebagai rangkaian program pemerintah dalam membangunan infrastruktur jaringan jalan Trans Jawa maka Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan seluruh seksi dalam ruas jalan Tol Cileunyi – Sumedang – Dawuan (Cisumdawu) sepanjang 62 km dapat beroperasi pada pertengahan tahun 2022.
Analisis Tingkat Pelayanan Jalan
Tingkat pelayanan jalan di ruas jalan nasional (Cileunyi-Tanjungsari) dan ruas sebaliknya dapat dianalisis mengunakan metoda LoS (Level of Service). Metode LoS dalam MKJI’97 tingkat pelayanan ini disebut juga dengan derajat kebebasan. LoS (Level of Service) dapat diketahui dengan membandingkan volume atau arus lalu lintas (V) dalam smp/jam terhadap kapasitas jalan (C) dalam smp/jam. Menurut IHCM’85 menyebutkan terdapat 6 tingkatan dalam tingkat pelayanan yang dibedakan berdasarkan nilai rasio V/C, yaitu seperti pada table 1 dibawah ini.
Kapasitas jalan juga dijadikan dasar analisis tingkat pelayanan jalan. Kapasitas jalan memiliki arti jumlah lalu lintas kendaraan maksimal yang dapat ditampung pada ruas jalan selama kondisi tertentu. Cara penghitungan kapasitas jalan dapat dilihat pada pernyatan berikut ini:
Kondisi Pergerakan Kendaraan dan Volume Lalu Lintas
Kondisi pergerakan volume kendaraan dikedua ruas jalan yang berbeda dapat dilihat melalui cara menganalisis sampel data lapangan berupa data volume lalu lintas dari kedua ruas jalan dengan waktu pengambilan data traffic counting yang sama pada pukul 08.00-09.00, 12.00-13.00 dan 16.00-17.00 WIB.
- Kondisi Lalu Lintas Sebelum Open Traffic Tol Cisumdawu Seksi I
Kondisi arus lalu lintas sebelum open traffic Tol Cisumdawu dari kedua arah sebelum pasar Tanjungsari sering mengalami pelambatan kecepatan arus lalu lintas yang terjadi secara ruti setiap hari sehingga sedikit mengalami kemacetan harian. Data volume lalu lintas sebelum open traffic dari masing masing ruas jalan diperoleh dari beberapa titik lokasi yaitu di ruas jalan Cileunyi - Tanjungsari maupun sebaliknya. Kemacetan yang terjadi dari arah Cileunyi sekitar (± 1,2 km) sebelum melewati Pasar Tanjungsari dengan rata- rata kecepatan kendaraan antara 10-20 km/jam sudah mengalami pelambatan kecepatan. Dari arah sebaliknya yakni Sumedang pelambatan kecepatan ruas lalu lintas sudah mulai sebelum Alun-Alun Tanjungsari (± 1 km). Adapun data tabel volume lalu lintas sebelum open traffic terlihat pada Tabel 2 dibawah ini.
- Kondisi Lalu Lintas Setelah Open Traffic Tol Cisumdawu Seksi I
Kondisi lalu lintas setelah percobaan (open traffic) Tol Cisumdawu Seksi I mengalami penurunan volume kendaraan pada ruas jalan nasional (Cileunyi-Tanjungsari) dan juga sebaliknya. Penurunan volume kendaraan tersebut karena pergerakan kendaraan terbagi menjadi dua yaitu melalui Tol Cisumdawu baik dari arah Cileunyi - Tanjungsari atau sebaliknya serta melalui ruas jalan nasional (Cileunyi-Tanjungsari). Pengamatan secara langsung di lapangan menunjukkan sudah tidak terjadi lagi antrian dan pelambatan kecepatan bahkan kemacetan terhadap kendaraan yang melewati ruas ini, kecepatan pengendara rata-rata 30-50 km/jam. Adapun volume dan perbandingan lalu lintas setelah open traffic Tol Cisumdawu Seksi I terlihat pada tabel 3 dan tabel 4 berikut ini.
- Kondisi Volume Lalu Lintas di Tol Cisumdawu Seksi I
Semenjak percobaan open traffic Tol Cisumdawu Seksi I (Cileunyi-Pamulihan) terlihat sudah mulai ramai dilalui kendaraan dari kedua arah dengan kecepatan pengendara dalam kategor sedang. Para pengendara masih beradaptasi dengan kondisi jalan, rata-rata waktu tempuh antara 10-15 menit dalam melewati jalan Tol Cisumdawu Seksi I sepanjang 11,50 km, yang biasanya dengan melewati jalan nasional ruas Cileunyi-Tanjungsari menghabiskan waktu tempuh antara 45-60 menit, sehingga terjadi penghematan waktu tempuh sekitar 35-45 menit. Perbandingan volume lalu lintas Tol Cisumdawu Seksi I, terlihat pada tabel 5 dibawah ini.
Level of Service (LoS)
Kemacetan yang terjadi di ruas jalan akan mengakibatkan kerugian secara ekonomi maupun inmateril seperti tidak tepat waktu sampai pada tempat tujuan. Penyebab kemacetan bersumber dari berbagai faktor yang saling terkait misalnya pertumbuhan kendaraan yang tidak bisa diimbangi oleh pertumbuhan prasarana jalan, hambatan samping dan lain-lain. Secara garis besar bahwa kemacetan terjadi akibat kapasitas jalan tidak bisa menampung volume kendaraan. Analisis LoS (Level of Service) di lokasi ruas jalan nasional Cileunyi- Tanjungsari dapat terlihat pada tabel 6 berikut dibawah ini.
Hasil analisis LoS (Level of Service) sebelum peralihan pergerakan lalu lintas terbagi menjadi tiga, yaitu mendapatkan interprestasi B, C dan D yakni kecepatan operasi mulai dibatasi oleh kondisi lalu lintas dan setiap pengemudi dibatasi dalam memilih kecepatan. Untuk tingkat layanan jalan tertinggi berada di ruas jalan Cileunyi - Tanjungsari sekitar pukul 08.00-09.00 dengan nilai interprestasi D yakni arus mulai mendekati tidak stabil, kecepatan rendah tetapi masih bisa dikendalikan hanya terkadang kendaraan mengalami antrian dan sedikit berhenti/macet.
Hasil analisis LoS (Level of Service) setelah peralihan pergerakan lalu lintas yang sebagian sudah menggunakan/melewati ruas Tol Cisumdawu Seksi I baik dari arah Cileunyi-Tanjungsari atau sebaliknya, terlihat perbedaan yang disignifikan yakni ruas jalan ini masing-masing mendapatkan interprestasi A. Interpretasi A merupakan kondisi arus bebas dengan kecepatan bervariasi sedang dan tinggi pengemudi dapat memilih kecepatan yang diinginkan sehingga tidak ada antrian kendaraan atau kemacetan sampai titik lokasi Pasar Tanjungsari yang biasanya menjadi titik terjadinya antrian dan kemacetan.
Persepsi Masyarakat Pada Percobaan Open Traffic Tol Cisumdawu Seksi I
Percobaan open traffic Tol Cisumdawu Seksi I dapat menimbulkan persepsi bagi masyarakat sekitar. Diketahui sebelumnya jalan nasional ruas Cileunyi-Tanjungsari banyak dimanfaatkan masyarakat untuk membuka usaha mulai dari kelontong, warung oleh-oleh wilayah setempat dan rumah makan. Pada bagian ini, persepsi masyarakat tentang adanya Tol Cisumdawu Seksi I diukur menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap atau pendapat seseorang atau sejumlah kelompok terhadap sebuah fenomena sosial yang jawaban setiap item instrumen mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Untuk mengukur persepsi masyarakat digunakan dua variabel pernyataan terkait faktor infrastruktur dan faktor ekonomi dengan lima skala yaitu STS (Sangat Tidak Setuju/N =1), TS (Tidak Setuju/N = 2), R (Ragu ragu/N =3 ), S (Setuju/N = 4) dan SS (Sangat Setuju/N=5).
Setelah dilakukan pengujian, persepsi masyarakat terkait variabel infrastuktur diperoleh hasil sebesar 67% masyarakat sangat setuju dengan adanya Tol Cisumdawu dapat memangkas waktu tempuh. Selanjutnya sebesar 53% masyarakat juga sangat setuju terkait dengan adanya jalan Tol Cisumdawu ini mampu membuka dan menghubungkan satu daerah ke daerah lain dengan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru yang terintegrasi dan dapat mengurangi, mengurai antrian dan kemacetan di ruas jalan nasional. Terkait analisa dampak lingkungan yang menyebabkan bencana dipermukiman disekitar jalan tol hanya sebesar 47% masyarakat menyatakan setuju. Namun terkait pelayanan jalan tol sebesar 40% persepsi masyarakat masih merasakan keraguan. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini.
Kemudian untuk hasil persepsi terkait dengan faktor ekonomi sebesar 73% masyarakat sangat setuju bahwa dibangunnya jalan Tol Cisumdawu akan memberikan manfaat besar terhadap pertumbuhan ekonomi regional dan nasional dengan menyambungkan kawasan pariwisata, industri dan perdagangan.
Hadirnya jalan Tol Cisumdawu bagi masyarakat sebesar 60% setuju bahwa mampu mengurangi/ memangkas pengeluaran bahan bakar dan menurunkan waktu tempuh perjalanan. Namun, masyarakat masih memiliki keraguan sebesar 60% terkait akibat pembangunan jalan Tol dampak lingkungannya terhadap masyarakat. Persepsi lain terkait adanya jalan Tol berdampak pada penurunan perekonomian/pendapatan masyarakat sekitar terutama pelaku usaha kecil menengah/ pedagang di sepanjang ruas jalan nasional ternyata sebesar 37% masyarakat yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Untuk lebih jelasnya terlihat pada tabel 9 berikut dibawah ini.
Importance Performance Analysis
Metode Importance Performance Analysis (IPA) pertama kali diperkenalkan oleh Martilla dan James (1977) dengan tujuan untuk mengukur hubungan antara persepsi konsumen dan prioritas peningkatan kualitas produk/jasa yang dikenal pula sebagai quadrant analysis. Quadran analysis dapat menganalisa kepuasan penduduk dengan adanya proyek Tol Cisumdawu, mengukur tingkat kepuasan pelayanan dan lain-lain. Pada analisa Importance Performance Analysis dilakukan pemetaan menjadi 4 kuadran (A, B, C, dan D) untuk masing-masing variabel yang memengaruhi kualitas pelayanan. Hasil analisa dengan memakai diagram kartesius dari empat kuadran diantaranya terdapat beberapa hal yang harus ditingkatkan yakni kuadran A sebagai prioritas utama karena harapan lebih tinggi tetapi kinerja/kepuasan rendah yaitu terkait dampak lingkungan/bencana seperti longsor dan banjir, kebisingan/polusi, kemudian solusi terkait dampak dari Tol terhadap usaha kecil menegah masyarakat terutama di sekitar jalan Tol dan ruas jalan nasional dan untuk bisa membuka peluang usaha masyarakat sekitar. Kuadran B perlu dipertahankan karena menunjukan harapan tinggi dan kinerja/pelayanan sama tinggi seperti dengan adanya jalan Tol Cisumdawu membuka integrasi/ konektivitas wilayah dan meningkatkan sektor ekonomi antar wilayah, menghilangkan kemacetan di ruas jalan nasional terutama ruas (Cileunyi- Tanjungsari) dan sebaliknya, kemudian terkait manajemen pelayanan jalan Tol seperti patroli, rambu rambu dan penerangan jalan serta kondisi lapis permukaan perkerasan jalan Tol yang secara keseluruhan sudah baik dan terakhir yang masuk ke kuadran B adalah adanya jalan Tol Cisumdawu mengurangi konsumsi bahan bakar dan memangkas jarak tempuh. Kuadran C menunjukan dampak pembangunan jalan Tol banyak merugikan pedagang di sekitaran jalan eksisting/ruas jalan nasional Cileunyi-Tanjungsari dan sebaliknya oleh karena itu diharapkan ada solusinya untuk para pedagang tersebut. Hasil analisis Importance Performance Analysis (IPA) dan diagram kartesius dapat terlihat paada Tabel 10 dan Gambar 5 dibawah ini.
Penutup
Dengan diberlakukannya beberapa pekan ujicoba open traffic Tol Cisumdawu Seksi I dan didukung hasil survey kondisi lalu lintas dan persepsi masyarakat maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu;
Hasil analisis Importance Performance Analysis terdapat beberapa faktor yang harus ditingkatkan pada kuadran A diantaranya adalah harus mengantisipasi terhadap dampak lingkungan sekitar jalan tol dari bencana seperti longsoran dan banjir. Namun, adanya jalan Tol juga dapat membuka peluang usaha dan berdampak baik pada perekonomian masyarakat sekitar.
Adanya Tol Cisumdawu Seksi I memberikan dampak positif yang harus tetap dipertahankan seperti pada kuadran B terkait kinerja pelayanan, dan infrastruktur, diantaranya adalah pelayanan patroli dan keamanan jalan tol, perambuan dan penerangan sepanjang jalan tol, karena dengan adanya jalan Tol dapat mengurangi biaya akomodasi perjalanan, mempercepat arus distribusi barang dan jasa, membuka dan mempelancar koneksivitas antar wilayah.
Hal lain yang perlu diperhatikan berdasarkan kuadran C dengan mempertimbangkan persepsi masyarakat sebesar 47% tidak setuju terkait dampak pembangunan jalan Tol banyak merugikan pedagang di sekitaran jalan eksisting/ruas jalan nasional Cileunyi-Tanjungsari dan sebaliknya diharapkan ada solusinya untuk para pedagang.
Hasil persepsi masyarakat secara umum terkait dengan dibangunnya jalan Tol Cisumdawu sebesar
73%yangsangatsetujudiharapkanakanmemberikan manfaat besar terhadap pertumbuhan ekonomi regional dan nasional dengan menyambungkan kawasan pariwisata, industri dan perdagangan.
Dengan adanya pemberlakuan ujicoba Tol Cisumdawu Seksi I ini para pengendara dapat memangkas waktu tempuh perjalanan sekitar 30-45 menit dan sesuai dengan hasil analisa LoS (Level of Service) bisa mengurangi atau mengurai kemacetan harian dari kedua arah yang biasa terjadi di ruas jalan eksisting (Cileunyi-Tanjungsari).
Sumber : BINEKA, Vol. 3 Edisi April 2022.