Flyover Arteri Madukoro, sarat akan makna budaya di Semarang
Kamis, 11/07/2024 00:00:00 WIB | Berita/Umum | 170
Memasuki pertengahan tahun ini tepatnya Mei 2024 pembangunan Flyover Arteri Madukoro sudah selesai dilaksanakan. Pekerjaan konstruksi yang dimulai sejak April 2023 ini dilaksanakan oleh penyedia jasa PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk dengan masa pelaksanaan 360 hari kalender. Open traffic sudah dilakukan sejak bulan maret 2024 untuk mendukung kelancaran arus lalu lintas mudik lebaran.
Flyover ini memiliki panjang 221.4 meter dengan lingkup pekerjaan antara lain :
-
Pekerjaan penyediaan dan pemancangan tiang pancang beton diameter 60 cm;
-
Pekerjaan penyediaan dan pemasangan unit pracetak Gelagar tipe I bentang 40,8 M dan 50,8 M;
-
Pekerjaan material ringan Mortar Busa UCS 800 Kpa dan UCS 2.000 Kpa dengan Wiremesh oprit jembatan;
-
Jalan pendekat perkerasan beton semen untuk pembukaan lalu lintas umur beton 3-7 hari dengan ketebalan 31,0 cm.
Pembangunan Flyover Arteri Madukoro diharapkan dapat mengurai kemacetan karena tingginya arus lalu lintas di ruas jalan Arteri Utara Semarang serta pengembangan terminal baru Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang sebagai bagian dalam pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Borobudur – Yogyakarta – Prambanan. Selain itu pembangunan flyover juga bertujuan untuk memberikan pelayanan dan manfaat bagi masyarakat luas, pembangunan ekonomi, serta memberikan kemudahan akses barang dan jasa dari Semarang maupun menuju Kota Semarang dan provinsi Jawa Tengah. Mengingat jalur ini merupakan jalur utama pantai utara Jawa (pantura) yang merupakan jalur pergerakan barang dari Pelabuhan Tanjung Emas dan Bandara Ahmad Yani Semarang.
Selain memperhatikan kualitas mutu infrastruktur, pembangunan ini juga sarat akan makna di setiap ornamennya. Salah satunya adalah makna tentang toleransi yang kuat di Kota Semarang dan menggambarkan masyarakat Semarang yang orangnya terbuka lurus dan berbicara apa adanya. Representasi ini digambarkan melalui ornamen Warak Ngendhog. Ornamen ini berdiri gagah di flyover Madukoro dengan ikon kepala seperti barongsai yang mewakili etnis Tionghoa, bentuk badan seperti Buraq dari etnis Arab dan bentuk kaki seperti kaki kambing yang merepresentasikan suku jawa. Selain itu pesan keramahan warga Semarang digambarkan melalui ukiran “Sugeng Rawuh” yang berarti Selamat Datang dengan ukiran huruf A menyerupai Kanthil atau Cempaka Putih. Bunga ini kerap dikaitkan dengan hal magis karna wangi khasnya dan sering digunakan oleh masyarakat Jawa Tengah dalam ritual adat, tradisi, keagamaan, dan kepercayaan.
Flyover Madukoro diharapkan akan menjadi gerbang yang bersinar dan indah bagi ikon Kota Semarang dan memiliki banyak manfaat. Hal ini direpresentasikan dari ukiran “Dwara Madukara”. Dwara berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya gerbang. Madu artinya manis dan indah serta koro yang artinya bersinar.
Ornamen Wayang dan Awan pada dinding flyover digambarkan dengan relief patung lima Pandawa yaitu Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa yang mempunyai makna kita harus mengasihi sesama tanpa memandang latar belakang, etnis, dan agama. Serta relief Batu Candi Dewi Srikandi berguru memanah kepada Raden Arjuna yang melambangkan kemauan, kekuatan, kerendahan hati, kecerdasan, komitmen pada kebenaran dan keadilan.
Selain itu ornamen burung Kepodang pada railing jembatan merupakan lambang keselarasan, kekompakan, dan budi pekerti yang indah. Pada Wave dan Art Lighting Jembatan merupakan representasi karakter gelombang air dan harmoni alunan Gambang Semarang yang menggambarkan kesatuan identitas tentang Semarang dan simbolisasi budaya Semarang dalam bentuk baru.
Hadirnya Flyover Arteri Madukoro yang menjadi ikon baru kota Semarang diharapkan bisa dijaga kebersihan dan keindahannya oleh masyarakat Semarang sendiri, agar infrastruktur yang telah dibangun bisa memberikan manfaat dalam jangka waktu yang panjang.