BBPJN VII Bangun 12 Jembatan Gantung, 2 Diantaranya Siap Diresmikan November 2018
Jum'at, 02/11/2018 00:00:00 WIB | Berita/Umum | 2178
Semarang – Tahun 2018 adalah tahun ketiga BBPJN VII menangani jembatan gantung sejak tahun 2016 saat Balai ini didirikan. Tahun ini Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VII Semarang diberi mandat membangun 12 jembatan gantung yang tersebar di Jawa Tengah dan D.I.Yogyakarta dengan rincian 4 buah jembatan di Kabupaten Magelang, 1 jembatan di Kabupaten Temanggung, 2 jembatan di Kabupaten Cilacap, 2 jembatan di Kabupaten Kendal, 2 jembatan di Kabupaten Bantul, dan 1 jembatan di Kabupaten Gunung Kidul. Dari 12 jembatan tersebut 2 buah jembatan gantung di Kabupaten Magelang telah selesai pembangunannya dan telah dimanfaatkan oleh warga.
Dua buah jembatan yang telah selesai pembangunannya dan siap diresmikan pada Bulan November 2018 adalah Jembatan Gantung Sudisari dan Jembatan Gantung Glagah yang berada di Kabupaten Magelang. Kedua jembatan ini dibangun untuk menggantikan jembatan yang terputus oleh lahar dingin di Kali Pabelan dan Kali Putih pada saat Erupsi Merapi tahun 2010 silam. Jembatan Gantung Sudisari dengan bentang 60 meter dengan lebar 1,7 meter menghubungkan Desa Adikarto, Kecamatan Muntilan dengan Desa Ngrajek, serta Dusun Nariban, Desa Progowati, Kecamatan Mungkid. Sedangkan Jembatan Gantung Glagah dengan bentang 32 meter dan lebar 1,8 meter berada di Dusun Glagah, Desa Sirahan menghubungkannya dengan Dusun Berokan, Dusun Candi yang masih berada di satu wilayah yaitu Kecamatan Salam.
Manfaat dari kedua jembatan gantung tersebut dirasakan oleh masyarakat yang hendak pergi ke sekolah, para pedagang dan pembeli yang menuju ke pasar, para petani menuju ladang atau sawahnya, dan berbagai keperluan lainnya. Meskipun bentang kedua jembatan tersebut tidak terlalu panjang namun mampu menjadi jalur alternatif yang memangkas waktu tempuh untuk menuju ke lokasi yang dituju yang terpisahkan oleh sungai. Di Jembatan Glagah misalnya dimanfaatkan oleh anak-anak sekolah dari Dusun Glagah yang sebelumnya untuk menuju SMP Negeri 2 salam dan SMK Pertanian harus memutar melewati Dusun Pracetan dengan menempuh 15-20 menit mengendarai motor. Setelah ada jembatan ini anak sekolah hanya cukup berjalan kaki sekitar 5-7 menit saja.
Kepala BBPJN VII, Akhmad Cahyadi menyebutkan bahwa 10 jembatan gantung lainnya yang baru terkontrak bulan September 2018 dan ditargetkan selesai akhir bulan Desember 2018 dapat tercapai dengan beberapa catatan.
“Sesuai dengan waktu kontrak yang sudah direncanakan 10 unit yang akan selesai akhir tahun ini bisa kita selesaikan tepat waktunya. Dengan catatan bahwa material, atau bahan jembatan gantungnya tidak ada kendala, tidak ada masalah dan tidak ada keterlambatan karena memang bahan material jembatan gantung itu pengadaan dari pusat (Direktorat Jembatan), jadi kita mengajukan ke pusat untuk mobilisasi dari pusat dikirim ke kita” kata Akhmad Cahyadi.
Pada hari Senin (22/10/2018) telah dilaksanakan peletakan batu pertama di lokasi pembangunan Jembatan Gantung Tegaldawa dan Nambangan yang berada di Kabupaten Bantul. Acara yang dihadiri oleh Kepala BBPJN VII dan perwakilan dari Satker Pelaksana, juga dihadiri oleh Anggota DPR RI dari Komisi V Idham Samawi, Bupati Bantul, perwakilan Anggota Dewan dari Provinsi DIY dan Kabupaten Bantul serta tokoh masyarakat disaksikan oleh masyarakat setempat. Selain untuk menguatkan dukungan dan bantuan doa serta restu dari masyarakat dan para stakeholders yang terlibat, juga untuk menyosialisasikan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam memelihara jembatan setelah nantinya dihibahkan ke pemerintah daerah setempat.
“Kita juga menitip pesan ke masyarakat karena nantinya setelah selesai FHO (final hand over) jembatan gantung akan dihibahkan ke kabupaten karena ini memang kegiatan hibah, dan akan jadi aset Kabupaten Bantul. Untuk itu kepada masyarakat melalui Pak Bupati kita mohon agar dapat ikut memelihara jembatan ini sesuai kegunaannya agar umur jembatan ini dapat panjang sesuai dengan desain yang telah direncanakan” tutur Akhmad Cahyadi.
Pemeliharaan jembatan gantung yang melibatkan masyarakat diantaranya membersihkan sampah yang menyangkut di jembatan, lalu untuk tidak memakai jembatan ini untuk jual beli makanan yang mengandung cuka karena bisa merusak atau menyebabkan karat pada jembatan. Selain itu masyarakat juga diminta melakukan pengawasan karena jembatan ini juga didesain untuk lalu lintas rendah untuk pejalan kaki, sepeda motor, atau maksimum untuk roda 3 sehingga tidak boleh dilewati oleh kendaraan yang bermuatan berlebih sehingga membahayakan kestabilan jembatan gantung ini sendiri.