Penanganan Jembatan Cisomang Tol Cipularang
- 18 Okt 2021
- Artikel/Artikel
- 6479 viewed
Mendengar nama Jembatan Cisomang Tol Cipularang sudah tidak asing di telinga kita. Mengingat Jembatan Tol Cisomang beberapa waktu ke belakang sempat mengalami kendala, diantaranya longsor, dan pergeseran pada pilar jembatan. Padahal Jembatan Cisomang adalah jembatan vital karena menghubungkan daerah Bandung Barat, Purwakarta, hingga ke arah Cikampek. Jembatan Cisomang pun menjadi pengubung utama arah Bandung ke Jakarta pada ruas Tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta- Padalarang).
Jembatan Cisomang berada pada ruas Jalan Tol Cipularang KM 100+695 – 100+947 Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Jembatan ini terdiri dari 6 pilar penyangga jembatan bertipe portal (beam integral bridges). Secara teknis karakteristik Jembatan Cisomang pada ruas Tol Cipularang dapat terlihat pada tabel 1.
Pada Bulan Desember 2016, jembatan ini diumumkan kepada media bahwa telah terjadi pergerakan terbesar yaitu 57 cm pada pilar ke 2 (P2). Batas maksimum pergerakan pilar pada P2 tersebut adalah sekitar 71,5 cm, sehingga diputuskan kendaraan selain golongan 1 (termasuk bus) dilarang untuk melintasi jembatan tersebut. Permasalahan utama pada jembatan ini ialah pilar – pilarnya berdiri di atas zona kontak antara clay shales (Formasi Jatiluhur/Mdm) dan endapan breksi vulkanik (Hasil Gunungapi Tua/Qob) yang umumnya merupakan zona tidak stabil oleh banyaknya potensi dan sejarah kejadian longsoran.
Selain itu, jenis tanah ini sangat rentan terhadap cuaca sehingga jika terekspos dengan udara maka kekuatan tanahnya menurun drastis. Hal lain yang menambah permasalahan adalah berada pada sistem sesar naik yang terindikasi khususnya pada batuan-batuan yang relatif tua berumur tersier (65 – 2 juta tahun yang lalu). Kerusakan terjadi pada jembatan ini tergolong cukup parah dan didapati setiap pilar mengalami keretakan struktural akibat pergerakan tersebut.
Penanganan Pergesaran Pilar
Permasalahan pergeseran pilar pada Jembatan Cisomang ruas Tol Cipularang yang diduga kuat akibat longsoran besar terjadi di bawah jembatan, dapat diatasi dengan pengambilan data yang menyeluruh terutama data – data geoteknik. Selanjutnya, data tersebut dilakukan analisis dengan metode back calculation (analisis balik) dengan menggunakan bantuan program komputer berbasis ?nite element. Pengambilan data yang dilakukan meliputi :
- Pengambilan data tanah dengan metode boring N-SPT sebanyak 12 titik;
- Pemantauan pergerakan tanah dengan inklinometer sebanyak 10 titik;
- Piezometer untuk mengukur tekanan air tanah sebanyak 3 titik;
- Pengecekan pelapisan tanah dengan Geolistrik sebanyak 4 jalur;
- Rebar Scanning pada setiap pilar untuk mengecek tulangan di dalam pilar;
- Pengecekan retakan pada setiap pilar jembatan; dan
- Pengambilan data debit air Sungai Cisomang serta citra udara catchment area untuk analisis hidrologi.
Metode back calculation (analisis balik) merupakan metode yang digunakan dalam bidang geoteknik untuk mencari parameter tanah real sesaat sebelum pergerakan tanah atau longsoran terjadi. Parameter tersebut juga akan digunakan dalam analisis perbaikan. Setelah data tanah lengkap diambil lalu dilakukan analisis longsoran dengan menggunakan parameter tanah yang mengacu dari berbagai penelitian mengenai clay shale serta contoh kasus sebelumnya seperti Longsoran Tol Cipularang KM 96+600 B, Longsoran Tol Semarang-Solo KM 31+875 dan lainnya, sehingga didapatkan parameter yang cocok untuk kondisi di lokasi ini sebagai berikut :
Berikut hasil dari analisis bidang longsor dengan metode analisis balik (Faktor Keamanan = 1) dengan memperhitungkan seluruh gaya yang terjadi pada pilar jembatan menggunakan program PLAXIS :
Dari data Inklinometer didapatkan juga bidang longsor aktual lapangan dengan menarik garis pada setiap titik pergerakan di Inklinometer, sehingga bidang longsor yang didapatkan pada analisis program komputer dan Inklinometer dapat digambarkan sebagai berikut :
Cara Penanganan
Berdasarkan hasil analisis maka penanganan yang dilakukan untuk memperbaiki jembatan ini ialah :
- Strutting baja yang menghubungkan antara Pile Cap P2 dengan Pile Cap P3 berfungsi sebagai penahan gerakan pada Pilar P2 (kondisi darurat);
- Pemasangan Tiang Bor sebanyak 37 buah dan Pile Cap disatukan dengan Pile Cap P2 dengan diameter 1,2 meter dengan kedalaman 50 meter, berfungsi untuk menambah kapasitas daya dukung pondasi P2;
- Pemasangan Tiang Bor sebanyak 22 buah antara P1 dan P2 diameter 1,5 meter dengan kedalaman 60 meter, berfungsi untuk memotong bidang longsor;
- Unloading massa tanah pada sisi lereng arah Jakarta untuk mengurangi beban pada lereng;
- Grouting retakan pada Pilar dan Kepala Pilar;
- Fiber Reinforced Polymer (FRP) pada Pilar dan Kepala Pilar;
- Jacketing Beton pada Pilar P0, P1, P2, dan P5;
- Membuat balok Penghubung antara Pile Cap P1 – Pile Cap Tiang Bor D-1,5 – Pile Cap Tiang Bor D-1,2;
- Ground Anchore pada Pile Cap P0 dan Pile Cap P1 masing – masing sebanyak 6 buah per Pile Cap sedalam 40 meter sebagai tambahan pekuatan pondasi Pilar eksisting;
- Pembuatan bendung dan pengaturan aliran Sungai Cisomang dengan membuat sudetan untuk mencegah sungai tersebut meluap dan membasahi kaki – kaki pilar disekitarnya;
- Melapisi tanah di P2 dan P3 dengan shotcrete beton untuk mencegah masuknya air kedalam pondasi P2 dan P3.
Untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan yang terjadi, maka dilakukan dua metode pemantauan pergerakan Kembali, yaitu melalui Inklinometer (termasuk yang dimasukkan kedalam tiang bor) dan pemantauan dengan Total Station dengan titik acuan diambil pada pilar. Berdasarkan pengamatan Inklinometer dan Total Station, pada akhir Bulan Maret 2017 pergerakan sudah tidak terlihat lagi (gra?knya sudah mendatar), sehingga diputuskan pada 1 April 2017 pukul 00.00 Jembatan Cisomang resmi dapat dilewati lagi oleh seluruh kelas kendaraan.
Penutup
Permasalahan utama Jembatan Cisomang pada ruas Tol Cipularang adalah pilar – pilar yang berdiri di atas zona kontak antara clay shales (Formasi Jatiluhur/Mdm) dan endapan breksi vulkanik (Hasil Gunungapi Tua/Qob) yang menjadikan zona tanah tidak stabil, selain itu jenis tanah sangat rentan terhadap cuaca yang mengakibatkan kekuatan tanah dapat menurun drastis.
Adanya posisi pilar-pilar jembatan berada pada sistem sesar naik yang juga menjadikan setiap pilar mengalami keretakan struktural karena pergerakan tersebut.
Penanganan pergeseran pada Jembatan Cisombang pada ruas Tol Cipularang menggunakan Metode Back Calculation dengan penghitungan gaya melalui program PLAXIS, yang selanjutnya dapat ditentukan cara dan bahan perbaikan untuk jembatan tersebut.
Monitoring menggunakan Inklinometer dan Total Station dilakukan untuk memantau pergerakan tanah maupun pilar penyangga jembatan, sehingga perbaikan yang dilakukan dapat mencapai titik aman ketika ruas jalan tol tersebut digunakan oleh berbagai jenis golongan kendaraan.
Sumber : BINEKA, Vol. 2 Edisi April 2021