LAKU URIP KANG UTAMA Jembatan Kretek II Penyambung Kehidupan Jalur Lintas Selatan Yogyakarta
- 05 Sept 2022
- Artikel/Artikel
- 11294 viewed
Jembatan Kretek II sebagai salah satu program strategis nasional di selatan D. I. Yogyakarta merupakan bagian dari Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS). Jembatan Kretek II menghubungkan dua ruas jalan Kretek-Samas dan Poncosari-Greges yang melintasi Sungai Opak di Kecamatan Kretek, Bantul, D.I. Yogyakarta.
Sungai Opak memiliki alur sungai yang masih aktif, sekitar muara cenderung dinamis mudah berpindah tempat, sedimen penyusun dasar sungai maupun sedimen terangkutnya memiliki diameter yang kecil sehingga mudah terbentuknya meandering atau belokan.
Pembangunan Jembatan Kretek II memiliki total penanganan sepanjang 2.015 meter dengan sumber dana pinjaman dari Islamic Development Bank sebesar 364 Miliar Rupiah. Kontrak pekerjaan dimulai pada Januari 2021 dan akan berakhir pada Januari 2023, pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 1.4 Provinsi D.I. Yogyakarta, Julian Situmorang berharap “pembangunan Jembatan Kretek II dengan semangatnya dapat selesai lebih cepat dari kontrak, sisa pengerjaan aspal AC-WC 1 lapis terakhir dan beautifikasi”.
Lokasi Jembatan Kretek II ini merupakan lokasi rawan gempa, menurut Kasatker M. Syidik Hidayat “50 meter dari lokasi pembangunan Jembatan Kretek II merupakan pusat gempa D.I. Yogyakarta tahun 2006”.
Lokasi pembangunan jembatan tersebut secara teknis memiliki keunikan tersendiri karena berada di wilayah rawan gempa. Selain itu sisi beautifikasi jembatan ini sangat khas dan kental dengan nilai- nilai budaya D.I.Yogyakarta.
Aspek Teknis Pada Jembatan Kretek II
Jembatan Kretek II dibangun berada sangat dekat dengan zona patahan Opak, seperti terlihat pada Gambar 2. Pergerakan patahan diperkirakan sekitar 0.75 mm pertahun yang dapat dilihat pada aplikasi LINI. Mengingat kerentanan jembatan terhadap gempa, maka dilakukan beberapa aspek pendalaman teknis, seperti: Penentuan Lokasi Sesar Aktif; Pengujian Down Hole Seismic; Penentuan Aspek perencanaan.
Sesar Aktif Opak
Sesar Opak membentang dari arah Timur Laut sampai Barat Daya pada dataran cekungan Yogyakarta di barat Pegunungan Kidul. Diperkirakan panjang Sesar Opak mencapai 40 km, jalur sesar ini memotong rencana badan jalan Jembatan Kretek II, seperti terlihat pada Gambar 2. Terkait rencana tersebut, untuk mengantisipasi pergerakan tektonik di jalur sesar apabila terjadi gempa maka diperlukan data lokasi sesar yang lebih akurat. Studi dilakukan menggunakan pemindaian geolistrik dan studi paleoseismologi dengan uji paritan yang dilakukan oleh Danny Hilman Natawidjaja, Ph.D dkk.
Hasil studi memperkuat informasi mengenai lokasi sesar aktif Opak seperti yang digambarkan pada Gambar 3 dan Gambar 4. Selanjutnya dibuatkan pula prasasti pada garis sesar sebagai petunjuk informasi seperti Gambar 5.
Perencanaan awal jembatan (Gambar 6.a) terlihat jalur sesar memotong jembatan antara P8 - A2 (Abutment Timur). Selanjutnya dilakukan pergeseran posisi A2 kearah Barat sejauh 20 m dari jalur sesar (Gambar 6.b)
untuk menghindari fatalitas kerusakan pada saat gempa.
Pengujian Down Hole Seismic
Pengujian Downhole Seismic dilakukan sebagai data pendukung pada survei investigasi tanah pada lokasi yang telah ditentukan. Metode Downhole Seismic digunakan untuk menampilkan data struktur bawah permukaan tanah berdasarkan variasi nilai kecepatan gelombang tekan (Vp) dan gelombang geser (Vs). Data dari dua hasil ini digunakan untuk mengklasifikasikan jenis tanah atau yang biasa dikenal sebagai klasifikasi situs (Tabel 1) dan juga dalam analisis Site Specific Response Spectra (SSRS) di Permukaan Tanah.
Hasil uji Down Hole Seismic terkait hubungan antara Vp, Vs dan N-SPT terhadap kedalaman bor dapat dilihat pada Gambar 7.
Penentuan Site Specific Response Spectra (SSRS)
Mengingat lokasi jembatan yang sangat dekat dengan Jalur Sesar Aktif Opak, penentuan SSRS menjadi sangat penting. Response spectra menjadi masukkan gaya gempa ke struktur. Dikutip dari laporan yang telah dibuat oleh Asrurifak untuk Jembatan Kretek II bahwa penentuan SSRS menggunakan 2 (dua) metode yaitu Analisis Seismic Hazard Probabilistik (Probabilistic Seismic Hazard Analysis, PSHA) dan Analisis Seismik Hazard Deterministik (Deterministic Seismic Hazard Analysis, DSHA).
Pendekatan PSHA merupakan metode yang memperhitungkan kuantifikasi guncangan tanah yang disebabkan oleh peristiwa gempa, dimana peluang ketidakpastian dalam besarnya magnitude (m), jarak pusat gempa atau epicenter (r), dan waktu terjadinya gempa di daerah tersebut. Pendekatan DSHA adalah evaluasi dari gerakan tanah ground motion untuk suatu wilayah didasarkan kepada skenario gempa wilayah tersebut. Skenario gempa ini berisi tentang kejadian gempa dengan besar magnitude tertentu yang akan terjadi pada lokasi tertentu. Untuk analisis tersebut menggunakan data gempa di radius 500 km dari lokasi proyek, seperti pada Gambar 8. Hasil beberapa analisis tersebut didapatkan response spectrum design untuk Jembatan Kretek II terlihat pada Gambar 9.
Bantalan Karet Inti Timbal (Lead Rubber Bearing, LRB)
Bantalan Karet Inti Timbal atau Lead Rubber Bearing (LRB) memiliki kelebihan dalam meredam energi gempa lebih tinggi (high damping capacity) dibanding bantalan karet pada umumnya. Disamping itu juga memiliki kemampuan untuk mengembalikan struktur yang ditopangnya pada posisi semula setelah gempa berakhir. Susunan LRB terdiri atas karet laminasi yang diperkuat dengan lembaran baja dan pada tengah LRB dipasang timbal (lead), seperti terlihat pada Gambar 10 berikut.
Fungsi timbal pada LRB adalah menyerap energi gempa sehingga mampu memperpanjang periode struktur saat gempa terjadi. Dengan periode struktur yang lebih lama maka gaya horisontal akibat gaya gempa yang bekerja pada pilar atau abutment berkurang, seperti pada Gambar 11.
Adanya kelebihan landasan tipe LRB tersebut, selanjutnya diputuskan untuk digunakan pada Jembatan Kretek II sebagai dukungan produk dalam negeri, yang diproduksi oleh PT. Magdatama Multi Usaha.
Saat ini sudah ada spesifikasi khusus untuk LRB yaitu SKh-1.7.47,Spesifikasi Khusus Interim Isolator Gempa dengan Bantalan Karet Inti Timbal (Lead Rubber Bearing, LRB) untuk Jembatan.
Pembangunan di era pandemic Covid-19
Pembangunan Jembatan Kretek II ini dibangun dalam kondisi pandemi covid-19, Julian Situmorang dan Kontraktor HK mengungkapkan “bahwa terdapat kendala ketika mereka kekurangan SDM dalam pembangunan ini, karena buruh harian diwajibkan untuk membawa hasil rapid antigen negatif. Banyak dari pegawai urung bekerja pada proyek ini karena mereka khawatir hasil antigen positif dan tidak dapat membawa upah haria kerumah”. Kebijakan tersebut dibuat semata-mata menjaga kesehatan dan keselamatan kerja untuk semua pekerja pada proyek pembangunan Jembatan Kretek II. Dalam mendukung kebijakan tersebut, seluruh pegawai difasilitasi untuk test rapid antigen rutin, disediakannya shelter untuk lokasi isoman apabila ada pegawai yang positif Covid-19 dan disediakan basecamp Tim Satgas yang bersifat aktif dalam pencegahan penyebaran Covid 19.
Aspek Budaya Pada Jembatan Kretek II
Jembatan Kretek II syarat akan nilai-nilai budaya Jawa khususnya D.I Yogayakarta. Seperti dikatakan Menteri PUPR- Basuki Hadimuljono, “Nilai seni pada infrastruktur publik dapat meningkatkan ketertarikan masyarakat terhadap infrastruktur. Selainitujugaakanmampumenggugahrasamemiliki bagi masyarakat untuk merawat dan menjaga infrastruktur publik sehingga dapat meningkatkan kebermanfaatan dan keberlanjutannya”.
Keterlibatan budayawan lokal D.I. Yogyakarta sangat penting dalam konsep perencanaan desain Jembatan Kretek II yang memuat filosofi Among Tani Dagang Layar. Filosofi tersebut memfokuskan pengembangan wilayah pantai selatan. Beautifikasi desain Jembatan Kretek II disesuaikan dengan filosofi tersebut, seperti Tugu Luku, desain lampu PJU, desain railing parapet hingga art lighting untuk mempercantik tampilan jembatan saat malam hari.
Desain Tugu Luku sebagai salah satu ciri khas Jembatan Kretek II dijadikan landmark welcome greet ke Yogyakarta dari jalur jalan selatan. Luku merupakan alat bajak sawah, sebagai wujud agraris budayadanmasyarakatyogyakarta.Lukumerupakan singkatan untuk kalimat Laku Urip Kang Utama yang berarti “Proses dan Jalan Hidup yang Utama”. Hal ini sesuai dengan fungsi Jembatan Kretek II penghubung dua kawasan yang sebelumnya terpisah oleh sungai Opak, sehingga proses kehidupan dapat berlangsung lancar dan nyaman.
Rencana material pada Tugu Luku yaitu menggunakan bahan kuningan untuk kenteng dan motif, alur motif menggunakan beberapa bahan yaitu GRC Skin, Galvalum Skin dan Galvanize.
Sisi lain beautifikasi Jembatan Kretek II terdapat pada penerangan jalan umum (PJU) yang didesain dengankonseppadi.Filosofi“Bagaikanpadi,semakin masak semakin merunduk” menggambarkan makna manusia tidak layak untuk bersikap angkuh atau sombong karena usia atau kemampuan yang dimilikinya. Masyarakat akan memandang baik seseorang apabila semakin tinggi usia, atau semakin tinggi kemampuannya, ia semakin merendahkan hatinya (wikipedia).
Desain Railing Parapet Jembatan Kretek II menggunakan ornamen Burung Kuntul, bentuk ornamen pagar jembatan tersebut sebagai stilisasi dari penggambaran sawah beserta Burung Kuntul yang berada di sana. Hal ini dipilih karena merupakan kesatuan simbolisasi suasana budaya pertanian sebagaimana simbol Luku pada tiang jembatan.
Motif burung kuntul terbuat dari bahan alloy emulsion paint dan untuk pipa menggunakan material pipa galvanize emulsion paint.
Bagian terakhir adalah desain Art Light dengan penambahan lampu LED pada beberapa area sehingga ketika malam hari tampilan jembatan akan terlihat cantik dan megah, agar jembatan dapat dijadikan ikon dari Kota Bantul.
Hadirnya Jembatan Kretek II mendapat tanggapan positif dari masyarakat sekitar, salah satunya Mbah Wagiem Petani di Samas. Ia sangat senang dengan dibangunnya Jembatan Kretek II, baginya akan banyak kendaraan yang lewat sehingga area sekitar rumahnya menjadi ramai. Selain itu, Mbah Wagiem ingin segera menggunakan jalan ini untuk akses ke Kretek tanpa harus memutar jalan yang ditempuh selama kurang lebih dua jam dengan sepeda.
Sama halnya dengan seorang siswa bernama Wahyu yang bersekolah di SMP Muhammadiyah Kretek mengungkapkan, “senang, karena sekarang saya bisa main ke rumah teman yang ada di Samas tanpa perlu melalui jalan yang memutar”.
Namun, adapula sebagian masyarakat yang merasa khawatir pembangunan jembatan tersebut berdampak negatif. Seperti Bapak Ayus dan Bapak Joko selain senang dengan adanya kemudahan akses, sisi lain ada rasa khawatir akan meningkatkan tindak kriminalitas dan investor yang masuk di wilayah selatan kemungkinan merugikan warga sekitar.
Meskipun dengan berbagai kendala dan tantangan, namun Jembatan Kretek II sebagai ikon JJLS D.I. Yogyakarta yang memiliki budaya dan cerita kehidupan warga sekitar diharapkan dapat memberikan proses kehidupan yang berlangsung lancar dan nyaman layaknya filosofi “Laku Urip Kang Utama” sehingga dapat menambah cerita kehidupan yang semakin indah dengan meningkatnya perekonomian masyarakat maupun pemerataan ekonomi, mendekatkan Usaha Mikro Kecil Menengah dengan pangsa pasar serta menunjang pengembangan destinasi wisata di Selatan Pulau Jawa.
Sumber : BINEKA, Vol. 3 Edisi April 2022.