Home Logo

Preservasi Jembatan Khusus Provinsi Sumatera Selatan


Selasa, 14/11/2023 00:00:00 WIB |   Informasi Berkala/Infromasi Berkala |   171

Bumi Sriwijaya, sebutan lain untuk Provinsi Sumatera Selatan dimana sebelumnya tanah ini merupakan pusat kerajaan Sriwijaya yang terkenal sebagai kerajaan maritim terbesar yang menguasai wilayah perairan Nusantara. Kejayaannya tersebar ke seluruh wilayah sebab semua daerah terhubung oleh keberadaan sungai Musi beserta anak-anak sungai yang dikenal dengan sebutan Batanghari Sembilan, yang mana terdiri dari Sungai Kikim, Sungai Kelingi, Sungai Lakitan, Sungai Rawas, Sungai Lematang, Sungai Enim, Sungai Ogan, Sungai Banyuasin dan Sungai Komering. Keberadaan sungai-sungai tersebut tentunya menjadi pemisah daratan ulu dan ilir sehingga untuk mempermudah akses lalu lintas yang semula menggunakan perahu, dibangunlah konstruksi jembatan sebagai akses penghubung antar daratan. 

Sumatera Selatan memiliki 486 jembatan[1] dimana 5 (lima) diantaranya merupakan Jembatan Khusus, yaitu: Jembatan Air Ampera, Jembatan Air Musi II dan Air Musi II Duplikasi, Jembatan Air Musi IV dan Jembatan Air Terusan Teluk Baru[2]. Lantas, kenapa 5 jembatan tersebut disebut jembatan khusus?

Jembatan Khusus merupakan jembatan yang memiliki Spesifikasi teknis dan khusus yang harus dipenuhi untuk mencapai kualitas pekerjaan yang disyaratkan dan spesifikasi peralatan utama yang dipergunakan dalam pelaksanaan konstruksi dengan keadaan yang khusus pula. 

Ke-5 Jembatan tersebut memenuhi persyaratan Jembatan Khusus seperti yang tertuang  pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan, Penyelenggaraan Jembatan Keamanan Jembatan dan terowongan Jalan dilakukan terhadap jembatan dan terowongan dengan kriteria: 

  • Jembatan dengan bentang paling sedikit 100 (seratus) meter;

  • Jembatan dengan panjang total paling sedikit 2.000 (tiga ribu) meter;

  • Jembatan pelengkung dengan bentang paling sedikit 60 (enam puluh) meter;

  • Jembatan gantung untuk lalu lintas kendaraan;

  • Jembatan beruji kabel untuk lalu lintas kendaraan

  • Jembatan dengan ketinggian pilar lebih dari 40 (empat puluh) meter;

  • Terowongan jalan dengan panjang bagian tertutup paling sedikit 200 (dua ratus) meter;

  • Terowongan jalan yang menggunakan metode pelaksanaan pengeboran atau jacking;

  • Jembatan dan terowongan yang memiliki kompleksitas struktur tinggi atau memiliki nilai strategis tinggi atau didesain menggunakan teknologi terbaru. 


 

Selain ke 5 jembatan khusus itu, ada juga jembatan heritage di luar jembatan khusus yang sudah berdiri dari awal masa kemerdekaan Indonesia dan masih melayani lalu lintas hingga saat ini, jembatan itu adalah Jembatan Ogan Lama 1 yang membentang di atas Sungai Ogan.

 

Jembatan Air Ampera

Gambar 1. Jembatan Air Ampera

Jembatan ini dibangun pada tahun 1962 sampai tahun 1965 dan diresmikan pada tahun yang sama oleh Gubernur Brigadir Jenderal Abujazid Bastomi dengan nama “Jembatan Bung Karno” yang kemudian berganti nama menjadi Jembatan Amanat Penderitaan Rakyat (AMPERA) pada tahun 1966. Merupakan Jembatan Gelagar Baja Jepang dengan panjang total 704 meter yang menghubungkan bagian Ulu dan Ilir Kota Palembang. Mulanya, Jembatan Ampera berwarna abu-abu, lalu pada tahun 1992 di cat menjadi warna kuning dan pada tahun 2002 di cat kembali menjadi warna merah yang identik sampai dengan sekarang. 

Berdasarkan Peraturan Menteri PUPR Nomor 10 tahun 2020, perlu dilakukan uji dinamik setiap tahun pada jembatan khusus yang ada di Indonesia, sehingga pada tahun 2021 dilakukan uji dinamik, validasi model jembatan dan analisis kapasitas jembatan pada jembatan Ampera.

Hasil uji dinamik, diperoleh frekuensi alami P1~P3, P3-P4 dan P4~P6 masing-masing 1,8 Hz, 1,2 Hz, dan 1,8 Hz, sedangkan damping ratio diperoleh di atas 1 %, dimana typical damping untuk jembatan steel composite adalah < 1%, sehingga jembatan teridentifikasi mengalami kerusakan. 

Tabel 1. Data Hasil Pengujian Dinamik

Bentang

Frekuensi (Hz) Hasil Pemodelan

Frekuensi (Hz) Hasil Uji Dinamik

A1-P1

14,79

-

P1-P2-P3

1,88

1,8

P3-P4

1,2

1,2



 

Hasil analisis elemen struktur pada batas ultimate menunjukkan bahwa kapasitas momen dan geser elemen struktur masih lebih besar daripada beban yang bekerja, kecuali untuk kapasitas momen girder tepi Bentang P3-P4, dimana moment ultimate yang bekerja adalah  27.650 kNm, sedangkan kapasitas momentnya 26.910 kN. Namun, perlu dicatat bahwa analisis yang dilakukan menggunakan pendekatan konservatif, yaitu dengan asumsi fy = 235 MPa (SM400). Jika menggunakan SM490, dimana fy = 345 MPa, maka kapasitas momen masih lebih besar daripada momen ultimate yang terjadi.

Berdasarkan hasil temuan dalam seluruh pengujian, dilakukan beberapa bentuk rehabilitasi, antara lain perkuatan menggunakan FRP, coating, dan penggantian expansion joint telah dilakukan pada tahun 2023. Sedangkan untuk penggantian elastomeric bearing masih dievaluasi dengan KKJTJ terkait metode pelaksanaannya. Sebagai upaya untuk memantau kondisi aktual struktur (tegangan, regangan dan lendutan) dan mendapatkan perilaku struktur jembatan yang bersifat terus menerus (real time), dipasang SHMS (Structural Health Monitoring System) pada Jembatan Ampera tahun 2022. 

Jembatan Ampera dibangun dengan dilengkapi lift untuk akses ke puncak menara, dimana terdapat ruangan dengan ukuran 3,75 m x 14,5 m yang dulunya dimaksudkan oleh Presiden Soekarno sebagai  restoran untuk gardu pandang dan ruang dansa namun belum terealisasi. Pada tahun 2022 terdapat inovasi untuk memanfaatkan kembali puncak menara Ampera sebagai gardu pandang. Untuk mendukung inovasi tersebut, dilakukan perbaikan dan beautifikasi interior pada menara jembatan Ampera, penggantian lift eksisting pada menara jembatan Ampera serta melakukan perkuatan struktur untuk menunjang konstruksi lift tersebut. Dengan revitalisasi lift ini, jembatan Ampera menjadi satu-satunya jembatan yang memiliki lift di Indonesia.

Jembatan Air Musi IV

Gambar 2. Jembatan Air Musi IV

Padatnya lalu lintas yang hilir mudik dari daratan Ulu ke Ilir ataupun sebaliknya melalui Jembatan Ampera menjadi alasan utama Jembatan Air Musi IV dibangun guna mengurai kendaraan agar tidak terjadi pembebanan berlebih di Jembatan Ampera. Jembatan Air Musi IV dibangun pada tahun 2015 sampai tahun 2018 dengan panjang 902,7 meter. Sebelum dioperasikan, Jembatan ini sudah melakukan dilakukan uji beban (loading test) sehingga penilaian layak fungsi jembatan sehingga dilakukan dan diresmikan pada tahun 2019. Hasil analisis dari uji beban didapatkan frekuensi vertikal uji sebesar 0,729 Hz yang mengindikasikan bahwa deck jembatan lebih kaku jika dibandingkan dengan rencana (desain).

Tabel 2. Data Hasil Pengujian Dinamik

Uji

Frekuensi (Hz) Hasil Pemodelan

Frekuensi (Hz) Hasil Uji Dinamik

1

0,729

0,708

2

0,729

3

0,729

 

Merupakan Jembatan dengan konstruksi cable stayed dimana kabel digunakan untuk menopang gelagar di antara dua tumpuan dan memindahkan beban tersebut ke menara atau pilon, konstruksi cable stayed ini membuat Jembatan Air Musi IV sebagai salah satu Jembatan Khusus di kota Palembang. Girder yang digunakan merupakan girder extradosed yang merupakan teknologi terbaru dan satu-satunya di Indonesia. Jembatan Musi IV juga dipasang SHMS untuk memonitor kondisi aktual jembatan. 

Jembatan Terusan Teluk Baru

Gambar 3. Jembatan Terusan Teluk Baru

Jembatan Terusan Teluk Baru berada di Desa Lais Kabupaten Musi Banyuasin. Merupakan jembatan yang dibangun untuk menggantikan Jembatan Teluk 1 yang saat ini sudah tidak difungsikan. Jembatan Terusan Teluk Baru memiliki bentang sepanjang 100 m dan panjang total jembatan 214 meter  yang dibangun pada tahun 2023.

Pada tahun 2023, telah dilakukan kegiatan Uji Dinamik dengan menggunakan 2 metode, yaitu Beban Impact dan Beban Rem Kendaraan, sehingga didapatkan hasil parameter dinamik struktur berupa frekuensi dan rasio redaman. 

 

Tabel 3. Data Hasil Pengujian Dinamik

Bentang

Freq (Hz)

ζ (%)

A1-P1

3,45

2,42

P1-EJ

1,45

2,50

P2-EJ

1,44

2,73

A2-P2

3,00

2,32

 

Berdasarkan hasil analisis, kapasitas geser concrete box girder lebih kecil daripada gaya yang bekerja sesuai SNI 1725-2016 tentang Pembebanan pada Jembatan, sehingga perlu dilakukan perkuatan dengan menggunakan CFRP. Adapun beberapa rekomendasi penanganan jembatan berdasarkan hasil analisis pengujian adalah sebagai berikut: 

  • Injeksi retak pada beton;

  • Patching pada beton yang mengalami gompal (spalling);

  • Perkuatan PC box girder dengan menggunakan CFRP;

  • Coating pada profil baja pelengkung;

  • Pembersihan area bearing dan drainase;

  • Perbaikan aspal lantai jembatan;

  • Pembuatan tangga akses jembatan. 

Berdasarkan hasil pengujian, Jembatan Terusan Teluk Baru masih mampu melayani kinerja lalu lintas yang melintas di atas jembatan, namun perlu dilakukan monitoring terkait chamber jembatan untuk mengetahui penambahan deformasi permanen di tengah bentang dan jika memungkinkan perlu dipertimbangkan penambahan damper untuk mengurangi getaran pada bagian kantilever jembatan.

 

Jembatan Air Musi II dan Air Musi II Duplikasi

Gambar 4. Jembatan Air Musi II dan Air Musi II Duplikasi

Jembatan Air Musi II berada di ruas Jln. Mayjen. Yusuf Singadekane (Palembang), dibangun pada tahun 1992 dengan tipe bangunan atas Rangka Baja Australia dengan panjang total 535,9 meter. Melihat beban kendaraan besar yang melalui Jembatan Air Musi II semakin meningkat, untuk mengurangi beban jalan yang melalui Jembatan Air Musi II, direncanakan untuk membangun duplikasi jembatan tersebut, sehingga pada tahun 2012, dibangunlah Jembatan Air Musi II Duplikasi dan selesai dibangun pada tahun 2014 dengan panjang total 790 meter dan tipe bangunan atas pelengkung baja. 

Pada tahun Agustus 2020, jembatan ini masuk dalam paket Preservasi Jalan dan Jembatan Lintas Timur Kota Palembang dengan skema pembiayaan KPBU dimana skema ini memungkinkan pemerintah untuk tidak bergantung pada APBN dalam penyediaan layanan infrastruktur. Di tahun yang sama, Jembatan Musi II mengalami kerusakan yang cukup parah sehingga perlu dilakukan rehabilitasi pada bangunan jembatan, diantaranya: penambahan baja stringer yang menghubungkan gelagar melintang, penggantian lantai jembatan pada bangunan atas rangka baja dan pembuatan fender pada pilar 2 yang berdekatan dengan abutment. Selain itu, dilakukan pula coating pada tiang pancang, perbaikan/penggantian pipa penyambung pada fender, penggantian landasan dan expansion joint dan baut pada elemen rangka baja serta pengecatan jembatan. 

Sementara itu, Jembatan Air Musi II Duplikasi memiliki Nilai Kondisi (NK) 2 (rusak ringan) dan diberikan pemeliharaan setiap tahunnya untuk menjaga Nilai Kondisi jembatan agar tetap mampu melayani padatnya aktivitas lalu lintas yang melaluinya setiap hari. 

Jembatan Ogan Lama I

Gambar 5. Jembatan Ogan Lama 1

Jembatan Ogan Lama I merupakan jembatan heritage di kota palembang, pembangunannya tidak diketahui pasti namun berdasarkan beberapa sumber kemungkinan jembatan ini dibangun sebelum 1957. Mulanya Jembatan Ogan Lama 1 menggunakan konstruksi kayu, namun dibangun kembali dengan konstruksi beton dan terus melayani lalu lintas hingga saat ini. Merupakan jembatan dengan tipe Pelengkung Beton yang panjangnya 78,07 meter sementara panjang total jembatan sepanjang 205,8 meter. 

Pada tahun 2020 telah dilakukan Uji Dinamis pada Jembatan Ogan Lama I meliputi pengujian mutu permukaan beton, pengujian kedalaman retak dan pengujian vibrasi serta visual. Dari hasil pengujian didapatkan hasil perbandingan nilai frekuensi pengukuran dan frekuensi alamiah merujuk pada pendekatan empiris dengan formula fn = 125/L sebesar 3,278 Hz lebih besar dari 3,125 Hz. 

Tabel 4. Data Hasil Pengujian Dinamik

No Accelerometer

FFT (Hz)

A2093

3,22

A1034

3,32

A1342

3,30

A1344

3,25

A2096

3,30

 

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa struktur jembatan Ogan Lama 1 masih dalam kondisi baik dan masih memenuhi persyaratan untuk melayani pergerakan lalu lintas.

Pada tahun 2023, Jembatan Ogan Lama I sudah tidak lagi masuk dalam daftar Jembatan Khusus karena tidak memenuhi persyaratan[3] (panjang bentang kurang dari 100 meter), namun mempertimbangkan umur bangunan dan kondisi ikatan angin pelengkung jembatan yang sering ditabrak oleh kendaraan besar, serta hasil survei detail pemeriksaan jembatan tahun 2023 yang menyatakan bahwa Nilai Kondisi (NK) Jembatan Ogan Lama 1 pada bangunan atas dan bangunan bawah (perletakan) adalah 3, sehingga secara keseluruhan Nilai Kondisinya adalah 3 (rusak berat). Karenanya diperlukan perhatian khusus untuk Jembatan Ogan Lama I terutama pada hanger yang sudah retak, penggantian perletakan, dan perbaikan ikatan angin. Saat ini evaluasi dan analisis lanjutan sedang dilakukan dengan Direktorat Pembangunan Jembatan, Balai Jembatan dan KKJTJ terkait penanganan untuk Jembatan Ogan Lama I tersebut. 

 

Data Kaki:

[1] Data Survei Detail Jembatan Tahun

[2] Nota Dinas Direktur Pembangunan Jembatan Nomor 220/ND/Bb35/2023 tanggal 11 Agustus 2023

[3] Peraturan Menteri PUPR Nomor 10 tahun 2020