Komponen Stabilisasi Tanah Semen Tipe Kolom
Teknologi stabilisasi tanah-semen tipe kolom terdiri atas dua komponen utama, yaitu kolom dan dinding. Dalam konteks ini, “dinding” merujuk pada kolom-kolom yang dibuat saling tumpang tindih sehingga membentuk struktur menyerupai dinding. Fungsi kolom lebih bersifat meningkatkan kapasitas daya dukung tanah di bawah timbunan, sedangkan dinding geser berfungsi sebagai struktur yang menahan pergeseran pada bidang vertikal akibat tekanan tanah aktif dan tekanan tanah pasif.
Kolom-kolom dalam teknologi stabilisasi tanah-semen tipe kolom diatur dalam suatu susunan dengan jarak tertentu, menciptakan pola grid pada area tertentu. Konsep ini dikenal sebagai rasio perbaikan, yang diukur dalam bentuk persentase (%). Selanjutnya, perilaku dari rasio perbaikan ini disebut sebagai komposit, yang mencakup sebagian tanah yang tidak mengalami perbaikan dan sebagian yang mengalami perbaikan, dengan harapan keduanya akan berinteraksi secara komposit. Uji keberterimaan pada teknologi stabilisasi tanah-semen tipe kolom dilakukan melalui pengukuran kuat tekan in situ dari sampel tanah-semen.
.png)
Sampel ini diambil dari inti pengeboran sepanjang kolom tanah-semen untuk menghasilkan representasi yang akurat terkait keseragaman dan kekuatan kolom perbaikan. Pengujian kuat tekan dilakukan pada interval waktu 7 dan 28 hari sesuai dengan standar SNI 3638:2012. Daya dukung hasil stabilisasi semen tipe kolom sangat dipengaruhi oleh bentuk atau geometri (pola grid, rasio lebar dan kedalaman), kekuatan geser tanah komposit, kekuatan tanah hasil stabilisasi, kualitas campuran stabilisasi semen yang digunakan (kekuatan dan variasinya), keamanan terhadap daya dukung geser, serta pengaruh penurunan.
Dua jenis stabilisasi tanah-semen tipe kolom yang umum digunakan adalah pencampuran basah dan pencampuran kering. Pencampuran basah melibatkan penyuntikan pengikat dalam bentuk pasta (basah) untuk menyatu dengan tanah. Umumnya, proses pencampuran menggunakan auger tunggal atau multi-auger dengan pasta berbahan dasar semen untuk membentuk kolom. Sementara itu, pencampuran kering menggunakan pengikat dalam bentuk serbuk (kering) yang bereaksi dengan air yang sudah ada di dalam tanah.
BGTS SIGAP, Berani Berubah!
Penulis : Tharisa Putri Shafa, Ahmad Numan



