Identifikasi Jembatan Pelengkung di Ruas Jalan Kota Bandung dan Jalan Nasional Jawa Barat.
Jembatan pelengkung merupakan sebuah jembatan yang yang terbuat dari pasangan batu kali, batu bata, dan beton bertulang yang dibuat zaman belanda atau sebelum tahun 1945 sampai dengan tahun 1980-an yang pada ciri utamanya biasanya memiliki balok sebagai struktur utama dan membentuk setengah lingkaran dengan abutment pada kedua sisinya. Jembatan ini ternyata memiliki kekuatan dan ketahanan yang sangat tinggi. Hal ini terungkap ketika Balai Geoteknik, Terowongan, dan Struktur (BGTS) melakukan pemeriksaan jembatan pelengkung di sekitar wilayah Bandung, dan juga di beberapa titik di wilayah sekitar Jawa Barat.
Kegiatan pemeriksaan ini dilaksanakan utamanya untuk meningkatkan kemampuan personel BGTS dalam melakukan validasi data inventarisasi dan kondisi jembatan terutama jembatan-jembatan yang tidak mudah diidentifikasi tahun bangun dan bahan jembatannya dalam bentuk jembatan pelengkung yang umum dibangun pada masa kolonial sampai dengan tahun 1980-an. Selain pemeriksaan visual tim juga melakukan pemeriksaan khusus terutama keberadaan tulangan dengan alat yang mampu memidai dengan menggunakan metode pulsa elektromagnetik untuk mengetahui atau mengindetifikasi adanya tulangan atau tidak pada jembatan pelengkung.
Dari hasil identifikasi yang dilakukan pada 11 Jembatan akhirnya tim mempunyai tambahan keyakinan untuk mengidentifikasi tipe struktur bangunan atas pelengkung dengan Kode E merupakan jembatan dengan balok sebagai struktur utama berbentuk setengah lingkaran dengan abutment pada kedua sisinya. Jembatan tersebut akhirnya diklasifikasi menjadi 4 tipe berupa:
a. Pelengkung Beton Tak Bertulang Permanen (EDP)
b. Pelengkung Pasangan Batu Permanen (EMP)
c. Pelengkung Pasangan Bata Permanen (ESP)
d. Pelengkung Beton Bertulang Permanen (ETP)
Selain itu berdasarkan panjang jembatan pelengkung (E) untuk tipe EDP, EMP, ESP dengan bentang antara 3 sampai dengan 5 meter maka bentang jembatan tergolong bentang pendek. Hal ini berbeda bila dibandingkan dengan tipe ETP dengan panjang jembatan sampai dengan 20 meter.
Terdapat hal menarik juga yang diidentifikasi pada kegiatan ini, diantaranya adalah ternyata hampir keseluruhan jembatan pelengkung beton yang dibangun zaman belanda pun ternyata telah menerapkan teknologi beton bertulang. Melalui pemeriksaan seperti ini, diharapkan kedepannya Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional / Balai Pelaksanaan Jalan Nasional yang masih memiliki jembatan pelengkung batu, bata, dan beton bertulang akan terus mampu untuk melestarikan atau meretrofitnya tanpa harus dilakukan pembongkaran secara total untuk melestarikan bukti-bukti sejarah mutu konstruksi jembatan di Indonesia yang sudah terbukti kehandalannya.