Home Logo

Jembatan Pulau Balang, Ikon Baru Koridor Trans-Kalimantan


Selasa, 22/06/2021 06:42:46 WIB |   Berita/Umum |   3564

JAKARTA, KOMPAS.com - Jembatan Pulau Balang yang menghubungkan Kota Balikpapan dengan Pulau Balang di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, akhirnya tersambung, tepat pada Sabtu 31 Oktober 2020.  Hal ini sekaligus menandai era baru kemajuan infrastruktur konektivitas di Pulau Kalimantan yang diyakini akan memudahkan mobilitas, dan mendorong terciptanya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru.

 

EVP Sekretaris Perusahaan PT Hutama Karya (Persero) Muhammad Fauzan menuturkan, tersambungnya Jembatan Pulau Balang merupakan hasil kerja keras tim serta dukungan dari seluruh pihak baik dari masyarakat maupun stakeholder. 

"Pembangunan jembatan ini dapat berjalan dengan baik dan minim hambatan berarti," ujar Fauzan menjawab Kompas.com, Senin (02/11/2020). Kesukseskan pembangunan jembatan yang digadang-gadang menjadi jembatan cable stayed dengan dek beton terpanjang di Indonesia, ini dibangun bersama oleh PT Hutama Karya (Persero) dengan PT Adhi Karya (Persero) Tbk, dan PT Bangun Tjipta Konstruksi.

 

 

Kesukseskan pembangunan jembatan yang digadang-gadang menjadi jembatan cable stayed dengan dek beton terpanjang di Indonesia, ini dibangun bersama oleh PT Hutama Karya (Persero) dengan PT Adhi Karya (Persero) Tbk, dan PT Bangun Tjipta Konstruksi.
 
Dengan tersambungnya jembatan ini, lanjut Fauzan, maka konektivitas serta mobilitas orang dan barang di koridor Trans-Kalimantan akan semakin lancar.
 
Jarak tempuh dari Balikpapan ke Penajam pun menjadi lebih singkat. Sebelumnya mencapai 5 jam melalui jalur laut menjadi 1 jam saja lewat darat melintasi Balikpapan-Kariangau-Jembatan Pulau Balang-Simpang Gersik-Penajam.
 
"Kehadiran jembatan ini tentu akan memudahkan masyarakat umum dan pengusaha dalam melakukan perjalanan atau distribusi logistik," imbuh Fauzan. Dia berharap, Jembatan Pulau Balang yang menjadi ikon baru ini dapat meningkatkan perekonomian di wilayah Gersik, Riko, Penajam Passer Utara, dan Tempadung.
 
"Hal ini sekaligus sebagai monumen pengingat hasil keringat dan pengorbanan anak bangsa yang telah berusaha keras dalam mewujudkan infrastruktur berteknologi tinggi," ucap Fauzan. Jembatan Pulau Balang dianggap sebagai salah satu infrastruktur penting dalam koridor Trans-Kalimantan. Didesain dengan lebar 22,4 meter yang mencakup 4 lajur, jembatan ini dilengkapi dengan trotoar di samping kanan dan kiri.
 
Jembatan ini memiliki bentang utama sepanjang 804 meter, jembatan pendekat 167 meter, dan jalan akses sepanjang 1.969 meter dikerjakan dengan biaya pembangunan Rp 1,33 triliun.
 
PT Hutama Karya (Persero) dengan PT Adhi Karya (Persero) Tbk dan PT Bangun Cipta Konstruksi selaku pelaksana konstruksi mengadopsi model cable stayed bridge. Model cable stayed bridge Jembatan Pulau Balang membutuhkan kabel prategang setinggi 29 meter untuk menahan beban jembatan. Terdapat dua pylon atau tiang jembatan setinggi 116 meter untuk menahan kabel-kabel tersebut dan 144 bore pile atau tiang pancang sebagai penopang jembatan. Kemajuan teknologi juga diterapkan pada jembatan ini melalui Structural Health Monitoring System (SHMS) yang akan memantau kesehatan struktur konstruksi jembatan. Indonesia baru memiliki empat SHMS yakni Jembatan Suramadu di Pulau Madura, Jembatan Soekarno di Manado, Jembatan Merah Putih di Ambon, dan Jembatan Musi IV di Palembang.


Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jembatan Pulau Balang, Ikon Baru Koridor Trans-Kalimantan Akhirnya Tersambung",

 

Klik untuk baca: https://properti.kompas.com/read/2020/11/03/070000521/jembatan-pulau-balang-ikon-baru-koridor-trans-kalimantan-akhirnya?page=all.
Penulis : Hilda B Alexander
Editor : Hilda B Alexander