Pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara tidak langsung berdampak pula kepada peningkatan aktifitas lalu-lintas kendaraan di jalan raya. Hal ini berdampak terhadap peningkatan pencemaran yang terjadi di jalan raya terutama polusi udara dan kebisingan. Dari hasil pemantauan kebisingan lingkungan yang dilakukan oleh Laboratorium Kebsingan dan getaran Pusarpedal dari tahun 1994 s/d 2005 di peroleh hasil hampir semua lokasi pemukiman yang berada disekitar jalan raya utama telah melewati baku mutu kebisingan lingkungan sesuai dengan Kep. Men LH no. 48 tahun 1996 yaitu Lsm 55 dB(A). Hal ini yang melatarbelakangi pada tahun 2006/2008 Laboratorium Kebisingan dan Getaran Pusarpedal KLH melakukan pengkajian yang lebih komprehensif tentang kebisingan dari aktifitas jalan raya terhadap permukiman penduduk di sebelas kota besar di Indonesia. Pengkajian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan sumber bising utama yang menyebabkan kebisingan dikawasan permukiman dan mengetahui seberapa besar tingkat kebisingan yang terjadi. Pengukuran dilakukan di 3 lokasi yang berbeda untuk setiap permukiman, lokasi rumah yang berhadapan dengn ajalan raya utama, lokasi rumah yang berhadapan dengan jalan raya utama permukiman dan loksi rumah yang berhadapan dengan jalan sekunder permukiman. Metoda pengukuran adalah mencari Lsm (level siang malam sesuai Kep.Men.LH no. 48 tahun 1996) dengan pengukuran L(A) eq setiap 10 menit selama 24 jam dan berlangsung selam 4 hari untuk setiap lokasi titik pengukuran. Dari hasil pengukuran di 38 lokasi titik pengukuran hanya 2 titik yang masih di bawah baku mutu yaitu Lsm 55 dB(A) yaitu lokasi di kota Denpasar Bali dan kota Pangkal Pinang Bangka. Dapat pula dikatakan hampir 95 % tingkat kebisingan dipermukiman telah melewati mutu kebisingan lingkungan (Lsm 55 dB(A) sesuai Kep.Men.LH no. 48 tahun 1996.