Permasalahan keruntuhan timbunan jalan umumnya berupa penurunan yang berlebih (excessive settlement) atau berupa longsoran badan jalan, hal ini lebih disebabkan proses kompresibilitas tanah dasar yang tinggi (high compressibility) dan atau rendahnya daya dukung (low bearing capacity) tanah dasar. Penanganan dengan melakukan pengurangan beban timbunan atau dengan menerapkan prinsip timbunan ringan merupakan alternative solusi yang cukup baik dan telah dibuktikan dengan penerapan penelitian skala penuh terhadap timbunan oprit di jembatan Kedaton di Cirebon, Jawa Barat dan timbunan badan jalan di ruas jalan Pangkalan Bun di kalimantan Tengah. Kendala yang dihadapi pada pelaksanaan konstruksi timbunan ringan ini adalah perlu pengawasan yang cukup ketat terutama saa pelaksanaan desain campuran material ringan mortar-busa di lapangan dan penanganan campuran selama masa pemeraman (curing). Target desain material ringan mortar-busa untuk timbunan jalan adalah densitas 0,6 t/m3 dengan kekuatan UCS, 800 kPa sedangkan untuk lapisan pengganti base/subbase desain densitas 0,8 t/m3 dengan kekuatan UCS, 2000kPa. Berdasarkan kendala tersebut dikembangkan suatu kajian terhadappenggunaan timbunan ringan mortar-busa dalam bentuk segmental dengan mempertimbangkan: Mudah dalam penerapannya di lapangan dengan hubungan yang dapat saling mengunci satu dengan lainnya tanpa merusak struktur bentuk segmentalnya, Mudah dalam operasional yaitu: cukup ringan, bisa dibawa oleh tenaga manusia sehingga penerapan mortar-busa segmental dapat dilaksanakan di lokasi-lokasi yang cukup sulit, dapat diproduksi massal dengan pengendalian dan pengawasan yang lebih terjamin sehingga target desain yang ditentukan dapat tercapai dengan baik