1 Tahun Cianjur di Guncang 5.6 Magnitudo, Ini Bukti Infrastruktur PUPR Bangkit Lebih Cepat Bertidak Dengan Tepat
Rabu, 22/11/2023 00:00:00 WIB | Berita/Video | 143
Bandung, 22 November 2023 - Gempa bumi yang melanda Kabupaten Cianjur pada 21 November 2022 hingga kini masih menyisakan bayangan kelam, tetapi sekaligus menjadi potret semangat manusia untuk bangkit dari keterpurukan. Ingatan dan trauma masih terekam jelas dalam memori masyarakat di setiap sudutnya, terutama bagi warga Kecamatan Cugenang.
Berdasarkan hasil analisis Gempabumi dengan magnitudo 5.6 yang dirilis BMKG, episentrum terletak pada koordinat 6.86°LS 107.01°BT, pusat gempa berada di darat 10 km Barat Daya Kabupaten Cianjur pada kedalaman 11 km, disusul 140 kali aftershocks dengan magnitudo 1.2-4.2 dan kedalaman rata-rata sekitar 10 km. Menurut catatan BNPB, gempa bumi ini menimbulkan sebanyak 602 korban jiwa, korban hilang 8 orang, lebih dari 2.000 rumah mengalami kerusakan. Musibah ini juga sempat membuat akses Jalan Nasional Kota Cianjur ke Puncak begitu sebaliknya sempat terputus akibat tanah longsor.
Pagi itu, Iqbal memulai hari dengan seperti biasanya, seperti hari kemarin dan sebelumnya. Setelah menyeruput secangkir kopi kemudian dia bergegas menuju ruas PPK 5.3 Provinsi Jawa Barat untuk memantau kondisi terkini kondisi jalan di ruas tersebut. Pekerjaan sebagai penilik jalan mengharuskannya menangkap gambar setiap jengkal kerusakan jalan kemudian melaporkan kepada pimpinan melalui Aplikasi JAKI. Iqbal sempat berada di lokasi Sta. 2870 yang menjadi titik terparah kerusakan jalan, tepat sebelum gempa terjadi ia memutuskan untuk pergi ke arah Istana Presiden Cipanas untuk monitoring pekerjaan Padat Karya. “Sekitar pukul 11.20 terjadi gempa, saya kembali ke tempat sebelumnya (Sta.2870). Jalan sudah ditutup oleh Polisi dan TNI,” ingatnya. Masih terekam jelas di ingatannya bagaimana kondisi jalan yang sudah tertutup oleh longsoran tebing. Kondisi terkejut dan campur aduk masih terlihat dari raut wajahnya ketika menceritakan kejadian naas itu, “ Kami langsung melakukan penyisiran di lapangan. Jalan sudah dipenuhi tanah longsoran, pohon tumbang, mobil-mobil dan jaringan listrik yang tumbang. Kami juga berusaha mengevakuasi korban,” katanya.
Saat itu yang terlintas di benaknya adalah bagaimana cara menetralisir kondisi jalan yang chaos akibat longsor agar pulih kembali, minimal bisa dilalui personil Quick Response sehingga alat berat bisa ditempatkan di lokasi untuk pembersihan material longsoran, dimaksudkan agar lalu lintas pada Jalan Nasional Puncak-Cipanas-Cianjur bisa fungsional sementara.
“Ada banyak korban, kami evakuasi ke warung di sisi jalan dekat lokasi longsoran. Selama saya bekerja sebagai penilik jalan, ini adalah bencana terparah yang saya alami,” kenang Iqbal.
Tati, pemilik warung kopi yang berada tepat di lokasi longsoran tak pernah menyangka bencana ini akan terjadi. Tak ada firasat apapun, tak ada hujan dan petir, cuaca sedang bersahabat, namun alam berkehendak lain. Setelah merapihkan barang dagangan dari pasar, ia hendak melakukan sholat Dzuhur, “Tiba-tiba ada suara bergemuruh, saya langsung lari ke luar,” ucapnya. Tati menggambarkan bencana itu laiknya kiamat, “Panik, jalan tertutup tanah. Tetangga warung semua meninggal.”
“Banyak korban meninggal, kami kesulitan evakuasi karena faktor cuaca dan sulitnya memobilisasi alat berat,” kata Agung Wibowo, memulai pembicaraan. Sebagai Koordinator Lapangan ia langsung sat-set melakukan koordinasi untuk memobilisasi alat berat agar segera bisa membuka akses dan mengevakuasi korban. “Hujan dan gempa susulan terus menerus terjadi,” ujar Bowo, sapaannya. Tanpa menghiraukan bahaya dan ancaman, tim gabungan dari Pemerintah Kabupaten Cianjur, Kepolisian, TNI, BPPD, dan dibantu warga terus berusaha membuka akses dan mengevakuasi korban bencana.
Untuk melakukan percepatan dalam membuka akses jalan, Bowo bersiasat melakukan penanganan dari dua titik, yang pertama dari sisi Cianjur dengan dibantu tim dari Satker PJN 2 Provinsi Jawa Barat dan dari sisi Puncak, “Dari kedua arah kami bersamaan melakukan evakuasi longsoran.”
“Paling parah untuk jalan nasional di Cugenang, itu benar-benar tertutup aksesnya, itu Zona 1. Kemudian, Zona 2 di Desa Cijedil, dan di Sarampad. Itu paling parah karena titik gempanya berada di sana,” sambung Bowo.
Suara-suara dari Cijedil dan Sarampad seakan mengingatkan kembali akan gemuruh getaran gempa. Ia menghadirkan trauma yang mendalam bagi Risma. Melahirkan duka karena hilangnya orang tercinta, harta, benda. Ia tak kuat menahan air mata, mengenang kejadian setahun lalu itu.
“Saudara, paman, teman dekat, tertimbun tanah. Sedih,” ucapnya mengenang pengalaman mencekam itu. Orang-orang yang selama ini menemani kesehariannya tak akan ia lihat lagi raut wajahnya. Kehilanggan menjadi pengalaman perpisahan yang sebenarnya bagi Risma.
Di tengah kepanikan dan ketakutan warga, sementara kondisi kala itu benar-benar chaos, mulai dari mitigasi bencana hingga simpang siur dan hoaks muncul bertebaran. Pemerintah melalui Kementerian PUPR bergerak cepat sesuai arahan Presiden Joko Widodo, fokus penanganan dilakukan dengan ekskavator dan dump truck yang sudah berada di lapangan untuk terus membersihkan pohon dan tanah longsoran yang menutup jalan pada ruas Cipanas-Cianjur.
“Di Zona 1 berfokus membuka ruas jalan nasional yang tertutup longsoran, di 2 titik sudah bisa kami tembus keesokan paginya. Dan juga di jalan daerah karena ada jembatan yang terputus di Zona 3, jadi dibuat gorong-gorong untuk sementara agar bisa dilewati akses bantuan,” ujar Bowo. Dengan terbukanya ruas-ruas jalan tersebut dapat memperlancar mobilitas logistik ke daerah bencana, serta evakuasi korban yang ditemukan tertimbun longsoran.
Bencana gempa ini telah berdampak pada kerusakan berbagai infrastruktur, fasilitas sosial, dan umum. Pemerintah telah melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi agar masyarakat dapat melanjutkan kembali kegiatan sosial dan ekonominya. Sebagai upaya percepatan penanganan pasca bencana gempa di Cianjur, Kementerian PUPR melalui BBPJN DKI Jakarta-Jawa Barat melakukan penanganan permanen pasca gempa pada ruas Jalan Nasional Puncak-Cianjur, termasuk ruas Jalan Provinsi maupun Kabupaten. “Kami sudah melakukan dari tanggap darurat hingga pasca, mudah-mudahan warga ini mereka segera bangkit, segera pulih, dan bencana ini tidak terulang lagi,” harap Bowo.
Kekuatan gotong royong dapat membangun kembali kehidupan pascabencana, hal itu akhirnya terwujud sesuai motto PUPR yaitu Bekerja Keras, Bergerak Cepat,dan Bertindak Tepat. Kondisi di Cianjur mulai pulih, masyarakat sudah mulai tenang dan kembali ke kesibukannya masing-masing. Hal itu dirasakan M Irvan Mubarok yang sehari-hari bekerja sebagai salah satu staf pengajar di SDN Cugenang, “Akses jalan sekarang sudah bagus sekarang karena mungkin sangat diperhatikan. Sekarang tinggal penerangan, sanitasi air, drainse saja. Kemudian, dengan adanya pembangunan jembatan sangat vital sekali kehadirannya bagi masyarakat. Tadinya kami harus memutar berpuluh kilometer untuk mencapai jalan nasional karena harus melalui jalan alternatif, sekarang 5 menit sudah sampai,” ungkapnya.
Bencana gempa yang terjadi satu tahun lalu ini untuk menjadi sebentuk pengingat bagi kita, bahwa alam akan terus bergerak dan terkadang pergerakannya membutuhkan respons manusia agar tidak menjadi petaka.
Cianjur Bangkit!