Pada proyek konstruksi, umumnya terdapat dua belah pihak yang saling sepakat untuk terikat dalam suatu ikatan perjanjian pemberian jasa yang dikenal sebagai kontrak konstruksi. Pihak yang saty berjanji untuk memberikan jasa dalam mewujudkan suatu proyek konstruksi dengan kondisi tertentu, dan pihak yang lain akan memberikan imbalan atas jasa yang diberikan tersebut. Perbedaan kepentingan dan tujuan diantara para pihak yang berkontrak akan mengakibatkan konflik, sehingga kerap kali timbul "permintaan" atau" klaim" dari pihak yang satu kepada pihak lainnya akan sesuatu hal, yang tidak tercakup dalam kesepakatan kontrak. Apabila "permintaan" atau " klaim" tersebut tidak terfasilitas, maka sengketa akan timbul. Sengketa membawa dampak buruk bagi proyek konstruksi, diantaranya adalah meningkatkan biaya proyek, terhambatnya waktu penyelesaian proyek, menurunnya produktifitas pekerjaan, dan lain sebagainya. Dalam upaya untuk mencegah dan mengurangi dampak dari sengketa, maka diperlukan adanya pemahaman mengenai "pengetahuan sengketa" melalui anatomi sengketa konstruksi. Anatomi sengketa akan memberikan gambaran bagi pelaku jasa konstruksi mengenai struktur dan mekanisme dari sengketa konstruksi.