
DIRJEN BINA MARGA DORONG PENERAPAN VALUE ENGINEERING BERKELANJUTAN
Selasa, 04/10/2022 00:00:00 WIB | Berita/Umum | 464
Pada konferensi yang dilakukan secara luring dan daring ini, terungkap beberapa studi kasus pelaksanaan VE pada pekerjaan jalan dan jembatan. Sejak empat tahun lalu, Ditjen Bina Marga mendorong pelaksanaan VE pada kegiatan Loan Program Engineering Services Project (ESP) yang terdiri dari 13 paket pekerjaan jembatan. Setelah studi lebih jauh, implementasi kajian VE diperlukan untuk paket pekerjaan Fly Over (FO) Joglo dan Canguk di Jawa Tengah serta Jembatan Enang-enang di Aceh.
Secara umum, kajian VE menghasilkan alternatif–alternatif yang teridentifikasi dan akan dianalisis lebih lanjut oleh tim proyek. “Masing-masing kajian VE yang dilakukan menghasilkan beberapa alternatif skenario teknis yang kemudian diberi scoring. Hasil scoring akan menentukan skenario mana yang paling efisien dari segi biaya tanpa mengurangi kualitas,” ujar Hendra Widharta, salah satu pelaksana kajian VE dari Direktorat Pembangunan Jembatan.
Studi kasus lain menunjukkan kajian VE yang dilakukan, bahkan sejak proses uji kelayakan (Feasibility Study/FS). Kajian VE menemukan sejumlah masalah pada FS Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Ujung Jabung. Dalam perkembangannya penyelesaian pelabuhan ini terkendala pendanaan dari Kementerian Perhubungan, lahan belum tuntas, dan belum ada akses jalan nasional. Maka tim pelaksana VE memberi rekomendasi seperti potensi penggunaan transportasi sungai, membangun Jembatan Sei Rambut, membangun ruas Jambi-Suak Kandis-Sei Rambut-Ujung Jabung, dan membangun 5km akses Kemingking- Pelabuhan Talang Duku.
“Kajian VE dilakukan saat desain review 2021 telah selesai. Motivasi kami adalah membangun apa yang dibutuhkan, tidak lebih tidak kurang,” jelasnya.
Julia mengatakan, evaluasi studi VE pada FO Sekip berhasil merumuskan penghematan biaya konstruksi hampir 50% menjadi Rp. 152,94 miliar dibanding anggaran konstruksi tahun 2016. “Memang besar penghematannya, mungkin pada saat DED 2016 dibuat ada permintaan beutifikasi dari pihak pemerintah daerah. Penghematan biaya yang besar ini bisa digunakan untuk memberi pelatuhan kajian VE kepada personil Ditjen Bina Marga,” katanya.
Berkaca dari studi kasus diatas, Hedy Rahadian berharap kajian VE mampu mereduksi items pekerjaan yang nantinya malah mubazir. Dia menginginkan kualitas sejak proses perencanaan hingga spending. Maka dari itu ada urgensi kajian VE karena bisa mengefisiensikan pekerjaan dan mengoptimalkan fungsi proyek ditengah keterbatasan anggaran.
“Kita punya anggaran jangan dihambur-hamburkan begitu saja untuk kegiatan yang tidak penting. Ini bukti nyata adanya peningkatan good governance juga,” tutup Hedy. (ian)